Prof. Rossanto Dwi Handoyo pengamat ekonomi dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya mengatakan di era digital yang semakin merambah ke semua sektor, teknologi bisa memudahkan tetapi juga perlu diwaspadai. Teknologi menghadirkan banyak instrumen keuangan yang memberikan pilihan yang lebih banyak bagi setiap orang untuk berinvestasi, tapi tentunya instrumen investasi ini juga harus diwaspadai.
“Sebetulnya investasi itu kan sesuatu yang normal, ya. Dunia pasar modal, dunia keuangan, dan sebagainya itu sudah normal. Hanya memang tren investasi yang sekarang ini muncul membuat orang semakin inovatif dan kreatif melihat kelemahan-kelemahan yang selama ini sudah berjalan,” ujar Dosen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unair ini.
Menurutnya, dalam kehidupan masyarakat modern, investasi bukan lagi sekadar pilihan, melainkan kebutuhan. Di Kota Pahlawan, Surabaya, gairah masyarakat untuk meningkatkan ekonomi pribadi terus berkembang. Kota ini bukan hanya kaya akan sejarah dan budaya, tetapi juga semangat warganya yang ingin maju dalam berinvestasi.
Surabaya menunjukkan gejolak positif dalam perekonomian lokal. Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya, pernah mengungkapkan bahwa investasi penanaman modal di kota ini mencapai angka Rp 19,919 triliun pada semester pertama tahun 2023. Ini termasuk investasi dari modal asing, dalam negeri, dan usaha mikro kecil.
Seiringnya pertumbuhan ekonomi lokal, masyarakat juga mencoba meningkatkan ekonomi pribadi. OJK juga mencatat pertumbuhan investor yang signifikan di Jawa Timur: jumlah investor saham meningkat menjadi 648.911, naik 20,86% year-on-year; dan investor reksa dana meningkat menjadi 1.412.607, naik 22,86% year-on-year. Angka-angka ini menunjukkan bahwa masyarakat Surabaya semakin antusias dalam berinvestasi di pasar modal.
Namun, di balik semangat yang menggebu-gebu, ada juga kekhawatiran. Surabaya, seperti banyak kota lain, menghadapi masalah literasi keuangan yang rendah. OJK melaporkan bahwa walaupun inklusi keuangan di Jawa Timur berada di angka 92,99% namun literasi keuangan hanya berada di tingkat 55,32%. Hal ini membuka celah bagi praktik investasi bodong dan judi online yang merugikan banyak orang. Kisah salah satu ‘Crazy Rich’ Surabaya dengan Robot Trading Auto Trade Gold (ATG) yang merugikan ribuan orang senilai lebih dari Rp 300 miliar, menjadi pelajaran pahit. Belum lagi laporan tentang penipuan investasi bodong dan judi online yang terus berkembang.
Prof. Rossanto mengimbau masyarakat untuk mengupdate informasi kredibel dari lembaga-lembaga resmi, seperti OJK, seiring dengan kesadaran generasi muda Surabaya terhadap investasi yang semakin meningkat di tengah maraknya sumber potensi cuan menggiurkan.
Ia juga mengingatkan pentingnya mengetahui bagaimana rekam jejak dari perusahaan yang akan menjadi tujuan investasi. “Juga penting diperhatikan, apakah tercatat di OJK atau tidak. Penting pula memperhatikan bagaimana sistem audit dari perusahaan itu. Misalnya ada lembaga baru yang kita enggak tahu ternyata di Indonesia belum pernah diaudit, kemudian menjanjikan dengan tingkat keuntungan yang tinggi, ya ini yang menurut saya perlu dicurigai. Pengalaman atau track record dari institusi keuangannya itu sendiri, juga perlu kita lihat lah. Kalau menurut saya sih seperti itu. Secara umum, kalau capital gainnya bisa memberikan keuntungan kepada investornya, ya itu berarti kemampuan lembaga investasi tersebut adalah kredibel,” ungkapnya.
Selain itu, baru-baru ini sebuah video TikTok yang diunggah oleh @kokohkembar, influencer asal Surabaya, menarik perhatian besar. Video dengan tag #CuanGarisKeras, yang telah ditonton lebih dari 2 juta kali, menyoroti fenomena menarik di kalangan pemuda Surabaya.
Dalam video tersebut duo KokohKembar, Arthur dan Billy, bertanya kepada sejumlah orang mengenai opini tentang potensi keuntungan antara saham dan judi online. Meskipun responden telah memahami potensi keuntungan dari saham dan pasar modal, banyak yang justru tertarik pada judi online, yang dianggap sebagai cara cepat untuk mendapatkan cuan. Sama menariknya adalah komen-komen di video tersebut banyak yang memberikan opini sebaliknya. Fenomena ini menggambarkan sebuah dilema yang dihadapi generasi muda dalam memilih jalur untuk menumbuhkan keadaan keuangan mereka.
Menurutnya, investasi adalah langkah bijak untuk masa depan yang lebih baik. Namun, itu juga penuh dengan tantangan dan risiko.
“Kita, sebagai Arek Suroboyo, harus berinvestasi dengan hati-hati dan pengetahuan yang cukup. Jangan mudah tergiur janji cuan yang instan dan tidak realistis. Mari kita belajar dari pengalaman, baik yang manis maupun yang pahit, untuk menjadi investor yang lebih bijak dan bertanggung jawab. Bersama, kita bisa membangun masa depan Surabaya yang lebih cerah, satu investasi yang bijak pada satu waktu,” kata Prof. Rossanto.(ipg)