Sejumlah pedagang di Surabaya mengkhawatirkan kebijakan pemerintah yang menaikkan harga gabah dan beras menjelang panen raya Maret 2023. Kebijakan itu dinilai akan membuat penjualan melambat.
Asak, pedagang Pasar Genteng Kota Surabaya menyebut, kenaikan harga gabah dan beras hanya akan menyulitkannya. Tak hanya kehilangan pembeli, namun juga berimbas pada penjualan stoknya yang melambat.
“Jangan naik-naik terus nanti mahal. Jangan naik, kasihan orang kecil. Ya rugi kalau naik terus, lakunya kan lambat. Sekarang (harga beras premium) Rp63 ribu per 5 kg, mahal. Harusnya dulu 53 ribu. Kalau dulu ndak pernah naik-naik menjelang lebaran. Sekarang (setelah harga beras premium naik) kebanyakan (pembeli) cari bulog, orang kan cari murah. Kalau (harga beras premium) mahal, (saya) tetap jual tapi sedikit,” beber Asak, Selasa (21/2/2023).
Begitu juga Fatimah, menurutnya harga beras yang semakin tinggi membuatnya kesulitan menjual ke konsumen atau pembeli. Namun ia terpaksa tetap beli ke tengkulak karena beras merupakan bahan pokok.
“Ya repot kalau naik terus, kasihan orang yang kecil. Terus jualnya juga susah. Sulit, bingung yang mau jual. Mau gak mau ya gimana lagi, harus tetap jualan. Mahal terpaksa beli. Kalau bisa jangan sampai naik, kalau mahal tetap dibeli karena bahan pokok, kebutuhan. Mungkin tambah naik lagi kalau mau hari raya, tapi ndak tahu itu kebijakan pemerintah,” katanya ditemui di lapaknya, Pasar Pucang.
Menurutnya, sejak harga beras naik beberapa waktu terakhir, jumlah pembelinya menurun hampir separuh.
“Sekarang saja ada penurunan. Biasanya 10 orang sekarang 5 sampai 6. Kebanyakan sekarang cari beras Bulog murah meriah. Beras premium biasanya orang-orang yang biasa (makan) beras enak,” tambahnya.
Diketahui, Badan Pangan Nasional (Bapanas) bersama para pelaku usaha penggilingan padi sepakat harga gabah dan beras naik sekitar 8-9 persen menjelang panen raya Maret 2023. (lta/ihz/faz)