Jumat, 22 November 2024

Kemenperin Sebut Hilirisasi Industri Hasil Hutan Tingkatkan Investasi

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Putu Juli Ardika Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian. Foto: Antara

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebut hilirisasi industri hasil hutan telah menghasilkan dampak yang signifikan terhadap perekonomian nasional, termasuk peningkatan investasi yang signifikan.

Putu Juli Ardika Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin mengatakan kinerja industri hilir berbasis hasil hutan dapat ditinjau dari variabel nilai ekspor, serapan tenaga kerja, dan pertumbuhan investasi.

“Di sisi investasi terjadi peningkatan untuk industri hilir berbasis hasil hutan sejak 2015-2022. Pada tahun 2015, investasi industri hilir berbasis hasil hutan sebesar Rp16,5 triliun, dan meningkat signifikan menjadi Rp43,97 triliun pada 2022,” ujarnya dilansir Antara, Jumat (1/9/2023).

Pada tahun 2022, kinerja ekspor industri hilir berbasis hasil hutan mencapai 15 miliar dolar AS, dengan impor senilai 4,68 miliar dolar AS.

Di sisi ketenagakerjaan, terekam sebanyak 2,83 juta orang tenaga kerja terlibat di industri berbasis hasil hutan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), angka tenaga kerja tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja di industri tersebut tahun 2015 dan 2019, berturut-turut sejumlah 543 ribu dan 2,76 juta orang.

Pada tahun 1980-an, industri pengolahan hasil hutan mulai berkembang di Indonesia, terutama dalam produksi dan ekspor kayu lapis.

Hingga sekarang, Indonesia telah menghasilkan berbagai produk ekspor dari sumber daya hutan, termasuk kayu olahan (seperti kayu gergajian, komponen bangunan, dan bangunan prefabrikasi), panel kayu (veneer, kayu lapis, barecore, Medium Density Fiberboard (MDF)), kayu laminasi, pelet kayu (wood pellet), furnitur, pulp, kertas, dan viscose yang digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan benang rayon.

Salah satu hilirisasi industri kayu olahan yang sedang berkembang saat ini adalah produksi pelet kayu yang menggunakan bahan baku serbuk kayu, baik dari kayu berkalori tinggi maupun limbah serbuk kayu atau biomassa.

Kayu atau serpih kayu juga memiliki beragam produk hilir, termasuk pulp dan kertas. Indonesia memiliki industri pulp dan kertas yang mampu memproduksi berbagai jenis kertas, mulai dari kertas budaya, kertas berharga, hingga kertas khusus dan industri, serta produk-produk lainnya yang terbuat dari kertas.

Selain itu, saat ini sedang dibangun pabrik pembuatan paperboard dengan kapasitas produksi sebesar 1,2 juta ton per tahun, yang akan menjadi penyuplai penting bagi kebutuhan containerboard dunia yang mencapai 192 juta ton. Sebanyak 49,5 persen atau 95 juta ton dari kebutuhan tersebut berasal dari Asia, dan investasi total yang dikeluarkan mencapai Rp33,4 triliun.

Tidak hanya itu, saat ini juga tengah dilakukan investasi dalam produksi kemasan aseptik, yang merupakan produk turunan dari paperboard, dengan nilai investasi sekitar 200 juta dolar AS atau Rp3 triliun.

Industri pulp berbasis kayu juga telah menghasilkan inovasi dengan menghasilkan serat rayon viscose. Kapasitas produksi industri rayon saat ini mencapai 300 ribu ton per tahun dan direncanakan untuk diperluas menjadi 600 ribu ton per tahun.

“Produksi rayon tersebut akan memenuhi kebutuhan bahan baku rayon bagi industri turunannya sebagai substitusi terhadap impor kapas dan juga mendorong multiplier effect yang lebih besar bagi Indonesia,” tambahnya.

Lebih lanjut, Putu menjamin prinsip-prinsip lingkungan diterapkan pada hilirisasi industri berbasis hasil hutan Indonesia karena negara konsumen memiliki kesadaran yang tinggi terhadap lingkungan.

Ia menyebut ke depan, pengembangan hilirisasi industri berbasis hasil hutan akan ditujukan pada komoditas yang produksinya memperhatikan kaidah-kaidah kelestarian lingkungan, yakni bersumber dari bahan baku lestari, penerapan circular economy, berperan dalam penurunan emisi gas rumah kaca, dan memiliki eco-design yang sesuai dengan tren pasar.

“Sejauh ini sebagian besar produk-produk industri hilir berbasis hasil hutan Indonesia telah menerapkan prinsip-prinsip tersebut,” pungkas Putu. (ant/bnt/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs