Jumat, 22 November 2024

Jokowi Apresiasi Produksi Padi di Ngawi Tembus 10,5 Ton Per Hektar

Laporan oleh Wildan Pratama
Bagikan
Joko Widodo Presiden dan Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jatim serta rombongan waktu panen raya di Ngawi, Sabtu (11/3/2023). Foto: Humas Pemprov Jatim

Joko Widodo Presiden bersama Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jawa Timur melakukan panen raya padi bersama para petani di Desa Katoharjo, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi hari ini, Sabtu (11/3/2023).

Hasil produksi dan beras Kabupaten Ngawi ini mendapat apresiasi dari Jokowi. Sebab produksi Gabah Kering Panen (GKP) di Kabupaten Ngawi bisa mencapai 10,5 ton per hektar.

“Kemarin saya ikut panen raya di Kebumen, hari ini di Kabupaten Ngawi. Memang ada perbedaan produksinya. Di sini ada yang bisa 10,5 ton per hektar, ada juga yang 8 ton per hektar. Itu tergantung pada kesuburan tanah dan manajemen pertaniannya,” ucap Presiden.

Dalam kesempatan itu Jokowi sempat mengaku bahwa ketersediaan pupuk subsidi memang sempat terbatas beberapa waktu lalu.

Namun dia mengajak para petani supaya memanfaatkan hujan yang masih berlangsung di Jatim saat ini untuk kembali melakukan penanaman di lahan sawah.

“Jadi setelah dipanen, jangan dibiarkan. Segera tanami lagi karena curah hujannya masih ada,” ujarnya.

Presiden Indonesia ketujuh itu menegaskan bahwa Badan Pangan akan segera mengumumkan acuan harga GKP. Sehingga Bulog memiliki kejelasan berapa harga untuk membeli GKP dari petani selama panen raya ini.

“Pokoknya jangan sampai harga GKP lebih rendah dibanding cost yang dikeluarkan oleh petani,” tegasnya.

Sementara itu Khofifah mengatakan kalau produksi GKP Kabupaten Ngawi mencapai 785.037 ton dengan menghasilkan 453.296 ton beras pada tahun 2022. Lewat data itu, Khofifah optimis bahwa Jatim bisa menjaga dan meningkatkan produktivitas beras di tahun 2023 ini.

Ditambah lagi Badan Pusat Statisik (BPS) memprediksi bahwa Jatim akan mengalami surplus beras sebesar 1,13 juta ton pada bulan Maret-April 2023 (masa panen raya).

Meski demikian, Gubernur Jatim itu mengimbau seluruh pihak untuk menjaga keseimbangan harga jual GKP dari petani supaya tidak anjlok selama masa panen.

“Dengan begitu harga jual beras di pasaran tetap bisa terjangkau untuk masyarakat sementara harga GKP tidak jatuh,” kata Khofifah.

Sehingga petani tidak dirugikan dan masyarakat sebagai konsumen pun tetap bisa mendapat beras berkualitas dengan harga terjangkau.

“Untuk itu, kami terus berkoordinasi dengan berbagai pihak yang berada di dalam rantai industri beras. Mulai dari Bulog, Gapoktan, Asosiasi Penggilingan Padi, hingga distributor,” jelas Khofifah.(wld/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
35o
Kurs