Harga beras di Jawa Timur yang terus merangkak naik memicu terjadinya inflasi secara year on year (yoy) gabungan delapan kota di Jawa Timur hingga 3,01 persen.
Menurut data Sistem Informasi Ketersediaaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok (Siskaperbapo) Jatim, rata-rata harga beras Rp11.567 di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp10.900.
Kata Umar Sjaifudin Fungsional Statistik Ahli Madya Badan Pusat Statistik Jatim, inflasi komoditas beras pada September 2023 mencapai 6,62 persen.
“Tingginya harga beras masih dipengaruhi beberapa faktor. Yang pertama musim tanam gadu, kedua penurunan luas panen, ketiga faktor cuaca el nino, dan keempat kebijakan penghentian ekspor beras oleh India,” kata Umar dalam keterangannya, Selasa (3/10/2023).
Terutama faktor El Nino yang menjadi momok dalam perubahan harga komoditas beras. Sebab kata Umar, tingkat kekeringan menurut peringatan BMKG yang melanda Jatim masuk dalam kategori awas.
Kategori awas tersebut memprediksi bahwa musim kemarau bakal terjadi lebih panjang, yaitu sampai awal Bulan November 2023. Hal itulah yang berpengaruh pada musim tanam berbagai komoditas pertanian.
“Sehingga berpengaruh pada harga beberapa komoditas terkait,” kata Umar.
Selain itu, lanjut Umar, tingkat inflasi month to month (mtm) gabungan delapan kota September sebesar 0,32 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 116,58 persen.
Inflasi secara month to month delapan kota dipengaruhi oleh naiknya seluruh indeks kelompok pengeluaran. Yang paling besar adalah tembakau sebanyak 6,09 persen; kelompok kesehatan sebesar 3,62 persen, kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 2,90 persen; dan peralatan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 2,59 persen.
Dydik Rudy Prasetya Kepala Dinas Pertanian Jatim menanggapi tingginya harga beras mengaku bahwa produksi beras sampai sekarang ini masih surplus.
“Dari sisi produksi kami tidak ada masalah, per Agustus kemarin masih tinggi 75 ribu ton dibanding tahun kemarin. Kenaikan kami 9,2 persen per periode Agustus,” katanya.
Namun karena fenomena El Nino, Dydik memprediksi ada penurunan produksi beras pada November-Desember. “Meskipun turun, Jatim masih surplus, turunnya pasti nggak jauh-jauh,” ujarnya.(wld/iss/ipg)