Pemerintah berupaya meningkatkan kinerja logistik nasional untuk memperbaiki iklim investasi dan meningkatkan daya saing perekonomian nasional.
Salah satunya dengan menginisiasi National Logistics Ecosystem (NLE) yang mengimplementasikan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2020 tentang Penataan Ekosistem Logistik Nasional.
Airlangga Hartarto Menteri Koordinator bidang Perekonomian optimistis NLE bisa meningkatkan efisiensi logistik nasional melalui integrasi layanan Pemerintah dengan platform-platform logistik yang sudah beroperasi.
“Sinergi dan kolaborasi adalah kunci, karena menjaga resiliensi ekonomi dan memastikan tercapainya target pertumbuhan ekonomi membutuhkan kerja sama dan kerja keras seluruh pemangku kepentingan. Dengan demikian, kolaborasi menjadi kunci keberhasilan implementasi NLE,” ujarnya di Jakarta, Selasa (24/1/2023).
Eisha Maghfiruha Rachbini Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menilai tingginya biaya logistik di Indonesia merupakan salah satu kendala investasi sekaligus melemahkan daya saing produk-produk dalam negeri.
“Biaya logistik memang menjadi faktor yang menentukan daya saing Indonesia. Di sisi ekspor, biaya logistik yang mahal menjadikan produk Indonesia kalah saing (mahal) dibandingkan dengan kompetitornya di pasar internasional,” katanya kepada wartawan, Rabu (25/1/2023).
NLE, sambung Eisha, juga bisa meningkatkan efisiensi logistik nasional, memastikan kelancaran pergerakan arus barang ekspor dan impor, mau pun pergerakan arus barang domestik, baik antar daerah dalam satu pulau maupun antar pulau.
“NLE akan berdampak signifikan kalau dijalankan secara optimal. Kalau NLE berhasil diterapkan dan implementasinya sesuai dengan tujuannya yaitu mengurangi biaya logistik, saya rasa upaya yang baik. Terutama dalam mendukung ekspor dan juga percepatan industrialisasi di dalam negeri,” sebutnya.
Selain mampu mendongkrak investasi, dia bilang NLE juga akan meningkatkan daya saing ekspor Indonesia, dan mendorong pertumbuhan industri dalam negeri.
“Selain investasi, mendorong daya saing ekspor, dan industri dalam negeri,” pungkasnya.
Sementara itu, M. Faisal Direktur Eksekutif CORE menilai butuh waktu lebih lama untuk mengimplemtasikan National Logistic Ecosystem. Menurutnya, target tahun 2024 belum tentu tercapai.
“Ini bukan sesuatu yang bisa dijangkau dalam waktu pendek, satu tahun maksudnya, tapi butuh waktu lebih lama lagi,” tegasnya.
Tapi, dia mengapresiasi rencana Pemerintah menerapkan NLE.
“Ini lebih kompleks tetapi memenuhi NLE kalau bisa dijalankan paling tidak membuat satu ekosistem yang tersturktur. Sehingga, memaksilmalkan efisiensi dan optimasi dari logistik di seluruh Indonesia. Misalnya, rute yang lebih efisien dan terintegrasi, tiap elemen pendukung logistik. Dari laut ke darat, udara ke darat. Di pelabuhan, terminal dan bandara. Itu ekosistem yang dibangun agar lebih efisien dan menjadi struktur yang paling optimal karena wilayah Indonesia memang kompleks, negara kepulauan,” ungkap Faisal.
Sesudah ekosistem terbentuk, dia mendorong segera disusun implementasinya.
“Agar tujuan konektivitas logistik tercapai. Sehingga jika transportasi logistik kita mumpuni, akan lebih menarik investor masuk,” tandasnya.(rid)