Zuhairi Misrawi Duta Besar Republik Indonesia (Dubes RI) untuk Tunisia menyebut kondisi kawasan industri di sana sangat tertinggal. Sementara peluang itu terbuka lebar di tengah pesatnya hubungan perdagangan Indonesia dengan Tunisia.
Sejak November 2021 kedatangan awalnya ke Tunisia sebagai dubes, perdagangan Tunisia-Indonesia berada pada peringkat 52. Namun sekarang, posisinya sudah melonjak tajam berada diposisi 25.
“Dulu perdagangan antara Tunisia dengan Indonesia di bawah Malaysia, Vietnam atau Thailand. Sekarang sudah melampaui. Nilai perdagangannya sudah lebih dari 200 juta US Dolar. Target saya bisa masuk 10 besar tahun ini,” ujarnya.
Itu disampaikan saat berkunjung ke PT Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER). Zuhairi Misrawi mengajak SIER transformasikan pengalaman kelola bisnis kawasan industri ke negara yang terkenal dengan produk kurma itu.
SIER yang dianggap memiliki pengalaman panjang di bisnis kawasan industri berpeluang bisa masuk untuk mentransformasikan pengalamannya ke Tunisia.
“Saya menilai, soal kawasan industri Tunisia sangat tertinggal. Banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Untuk itu, peluang bisnis ini bisa dimasuki SIER,” ujar Gus Mis, sapaan akrab Zuhairi Misrawi.
Zuhairi Misrawi menambahkan, strategi yang selama ini digunakan untuk mengembangkan hubungan perdagangan Indonesia dengan Tunisia, memanfaatkan kedekatan sejarah antara Tunisia dengan Indonesia di era Presiden Soekarno
Gus Mis, sapaan akrabmya, mengisahkan kembali kepada orang-orang Tunisia pada 1951, pemimpin besar Tunisia, Habib Bourguiba berkunjung ke Indonesia dan bertemu Bung Karno. Habib Bourguiba diberi resep menjadi bangsa merdeka, yang waktu itu Tunisia masih dijajah Prancis.
“Peran Bung Karno sebagai inspirator, Tunisia akhirnya bisa merdeka pada 1956. Pada 1960, Bung Karno berkunjung ke Tunisia. Bung Karno disambut sangat luar biasa. Waktu itu Bung Karno juga menerima penghargaan pejuang kemerdekaan dari Tunisia,” jelas Gus Mis.
Melalui kedekatan emosional sejarah ini, baru kemudian masuk ke sisi bisnis. Menurutnya, banyak orang Tunisia yang kini sangat bangga impor barang dari Indonesia.
Produk-produk yang diimpor Tunisia dari Indonesia, seperti CPO, furniture, bahan kimia, ban dan mobil yang diproduksi di Indonesia.
Agar perdagangan antara Tunisia dengan Indonesia semakin berkembang pesat, jelasnya, sekarang sedang dipersiapkan perjanjian kerjasama Indonesia-Tunisia Preferential Trade Agreement (IT-PTA). Rengan begitu diyakini perdagangan Indonesia ke Tunisia semakin melejit.
Dengan adanya pertemuan G20 di Bali beberapa waktu lalu, lanjutnya, juga meningkatkan daya tarik Indonesia di mata dunia. Termasuk Tunisia. Sekarang Indonesia sangat diperhitungkan di dunia internasional.
“Tunisia sekarang ingin beralih perdagangan dari Eropa ke Asia, termasuk ke Indonesia. Saya ingin toko retail yang ada di Indonesia yang sangat menjamur itu bisa masuk ke Tunisia. Tujuannya agar ada produk UMKM Indonesia yang ke Tunisia,” harapnya.
Sementara itu, Didik Prasetiyono Direktur Utama PT SIER berterima kasih kepada Dubes RI untuk Tunisia, terkait informasi peluang kawasan industri bagi SIER di Tunisia.
“Diskusinya sangat menarik. Termasuk bagaimana potensi bisnis kawasan industri yang besar di Tunisia yang belum tergarap. Tentu ini informasi yang sangat berharga buat kami, yang menjalankan bisnis kawasan industri,” tandasnya. (lta/iss/faz)