Jumat, 22 November 2024

Analis: Rupiah Berpotensi Menguat Jadi Rp14.950 Per Dolar AS

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Ilustrasi pegawai bank menghitung uang Rupiah. Foto: Antara

Ariston Tjendra pengamat pasar uang memperkirakan potensi penguatan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjadi Rp14.950 per dolar AS dengan potensi resisten di kisaran Rp15.030 per dolar AS.

Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank menguat 0,13 persen atau 19 poin menjadi Rp14.994 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.013 per dolar AS pada pembukaan perdagangan Selasa (18/7/2023).

“Rupiah bisa menguat terhadap dolar AS hari ini dengan masih tertekannya dolar AS terhadap nilai tukar lainnya pagi ini, meskipun semalam data indeks manufaktur wilayah New York, AS, menunjukkan hasil yang lebih bagus dari ekspektasi. Data tersebut menunjukkan aktivitas manufaktur di wilayah New York di bulan Juli menunjukkan pertumbuhan, dibandingkan ekspektasi penurunan,” ujarnya di Jakarta, Selasa (18/7/2023), dilansir Antara.

Ariston menambahkan, indeks dolar AS terlihat masih tertekan di bawah angka 100. Kemudian para pelaku pasar disebut menunggu data penting lainnya, seperti data penjualan ritel AS Juni 2023 yang akan dirilis malam ini untuk menggerakkan dolar kembali.

“Dari dalam negeri, rupiah bisa mendapatkan support dari data neraca perdagangan bulan Juni yang masih menunjukkan surplus,” ungkapnya.

Artinya, ekspektasi inflasi yang menurun di AS masih menjadi sentimen penguat rupiah, ditambah surplus neraca perdagangan dalam negeri yang mendukung penguatan rupiah.

Dolar AS melemah terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, setelah pekan lalu mencatat penurunan mingguan terbesar tahun ini. Sementara itu, semua pembicara Federal Reserve dilarang melakukan komunikasi menjelang pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pekan depan.

Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya turun 0,08 persen menjadi 99,8404 pada akhir perdagangan.

Analis memperkirakan, dolar akan terkonsolidasi pada minggu ini karena investor menunggu pertemuan Federal Reserve minggu depan, ketika bank sentral AS diperkirakan akan menaikkan suku bunga dengan tambahan 25 basis poin.

Menurut kalender ekonomi AS, Biro Sensus AS akan merilis data penjualan ritel Juni pada Selasa dan The Fed akan menerbitkan angka produksi industri.

Sementara itu, Indeks Manufaktur Empire State yang dirilis oleh Federal Reserve New York pada Senin (17/7/2023) turun 5,5 poin menjadi 1,1 pada Juli dari bulan sebelumnya, melampaui perkiraan pasar -4,3.

Untuk keseluruhan indeks, 29 persen responden mengatakan bahwa kondisi bisnis telah membaik selama sebulan terakhir, sementara 27 persen melaporkan bahwa kondisi semakin memburuk, menurut survei tersebut.

Marc Chandler kepala strategi pasar di Bannockburn Global Forex mengatakan, laju penurunan dolar minggu lalu luar biasa besar, ekonomi pasar akan stabil melihat dolar yang lebih kuat minggu ini. (ant/fra/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
36o
Kurs