Emil Elestianto Dardak Wakil Gubernur Jawa Timur, mengajak segenap Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Jawa Timur untuk menjaga lonjakan inflasi.
Sebagai strategi dan upaya pengendalian, Emil mengusung strategi 4K, yakni Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi Efektif.
Mengingat Jatim kini tengah dalam masa masa tren pemulihan permintaan, kenaikan harga komoditas global, kenaikan harga-harga komoditas yang diatur oleh pemerintah, dan pengaruh cuaca. Terlebih, saat ini tengah mendekati Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN).
“Kita harus mengendalikan laju inflasi di masa tren pemulihan permintaan, kenaikan harga komoditas global, kenaikan harga-harga komoditas yang diatur oleh pemerintah, dan pengaruh cuaca,” ungkap Emil saat menghadiri High Level Meeting dan Rapat Koordinasi Wilayah TPID Jatim di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jatim Jalan Pahlawan Surabaya, Selasa (19/4/2022).
“Untuk mencapai sasaran inflasi nasional, perlu penguatan dan optimalisasi strategi 4K. Ini melalui stabilisasi harga, penguatan pasokan, kerjasama perdagangan antar daerah, peningkatan infrastruktur perdagangan, perbaikan kualitas data, serta penguatan koordinasi pusat dan daerah,” tambahnya.
Kelancaran produksi akan menciptakan nilai tambah yang tinggi, lanjut Emil, dapat tercapai dengan optimalisasi hulu-hilir komoditas potensial.
“Nilai tambah yang tinggi melalui peningkatan produktivitas komoditas potensial, penguatan supply management, serta aktivasi jalur perdagangan,” tegasnya.
Emil juga menekankan, tantangan struktural berupa masih tingginya disparitas harga antar kabupaten/kota dan tingginya harga pangan di beberapa daerah pusat turut menjadi perhatian.
“Disparitas harga antar kab/kota di Jatim masih relatif tinggi, khususnya untuk komoditas-komoditas penyumbang inflasi utama terutama pada periode mendekati HBKN Ramadhan dan Idulfitri,” sebutnya.
Karena itu, sinergi antar daerah dalam mendukung stabilitas harga dan ketersediaan pasokan menjelang hari besar keagamaan nasional menjadi sangat krusial.
“Diperlukan sinergi dan koordinasi intens dari seluruh pihak terkait yang berkontribusi dalam mengoptimalkan peta hulu-hilir komoditas di Jatim, ” katanya.
Tercatat, enam komoditas utama, yakni beras, daging ayam ras, daging sapi, telur ayam ras, cabai merah, cabai rawit pada Maret 2022 terpantau meningkat dibandingkan bulan sebelumnya.
Komoditas pendorong inflasi di Jatim diketahui paling dipengaruhi oleh cuaca. Utamanya, mengingat cabai rawit menjadi komoditas kontributor inflasi nomor satu. Produksi cabai rawit diketahui mencapai 155.817 ton per bulan, dengan 13.06 ton konsumsi per bulan dan 142.611 ton surplus/defisit per bulan.
Hal ini didorong juga oleh peningkatan musiman memasuki HBKN Ramadan dan Idulfitri, di mana kue kering, telur ayam ras, emas perhiasan, dan minyak goreng turut menjadi kontributor inflasi.
“Sedangkan, komoditas penekan inflasi di antaranya tomat, kepiting atau rajungan, batu bata, ketela, cumi-cumi, dan beras,” sambung Emil.
Sebagai Informasi, menurut data BPS, inflasi terendah Jawa Timur terdapat di Banyuwangi, dengan hanya berada di angka 2.19 persen year on year. Sedangkan Inlflasi tahunan tertinggi terdapat di Kabupaten Sumenep dengan angka 3,57 persen year on year.
Emil berharap, agar High Level Meeting ini dapat menjadi forum bagi TPID Jatim untuk menemukan solusi bagi permasalahan di seputar lonjakan inflasi.
“Semoga meeting ini dapat digunakan sebagai platform untuk menemukan solusi,” pungkasnya. (tha/bil/ipg)