Toyota Motor Corp mengatakan perusahaan telah memutuskan untuk mengakhiri produksi mobil di Rusia karena gangguan pasokan bahan utama dan suku cadang.
Hal tersebut dikarenakan perang antara Rusia melawan Ukraina yang tidak menunjukkan tanda-tanda mereda selama tujuh bulan terakhir.
Toyota, yang menghentikan operasi di pabriknya di St. Petersburg, Rusia pada Maret karena gangguan rantai pasokan, adalah produsen mobil besar Jepang pertama yang mengumumkan keluar dari industri manufaktur kendaraan di Rusia.
Nissan Motor Co., produsen mobil Jepang lainnya, baru-baru ini memutuskan untuk memperpanjang penangguhan pabriknya di St. Petersburg selama tiga bulan hingga akhir Desember. Pabrik telah ditetapkan untuk melanjutkan produksi pada akhir September.
Toyota mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka tidak dapat melanjutkan aktivitas normal bahkan setelah setengah tahun di Rusia.
“Kami melihat tidak ada indikasi bahwa kami dapat memulai kembali di masa depan,” kata perusahaan, seperti dikutip dari Antara, Sabtu (24/9/2022).
Lebih lanjut, perusahaan mengatakan kegiatan operasional Toyota di Moskow akan direstrukturisasi untuk terus memberikan layanan perawatan kepada pelanggan kendaraan merek Toyota dan Lexus yang sudah ada.
Adapun Toyota mempekerjakan sekitar 2.350 orang di Rusia termasuk di pabriknya di St. Petersburg, yang mulai berproduksi pada 2007 dan memproduksi kendaraan sport RAV4 dan sedan Camry. Pada tahun 2021, kapasitas produksi mencapai sekitar 80 ribu unit.
Jun Nagata Chief Communication Officer Toyota mengatakan kepada wartawan bahwa perusahaan memilih untuk menutup pabriknya di Rusia sekarang untuk memastikan dapat menawarkan bantuan kepada karyawannya.
Toyota mengatakan dalam pernyataannya bahwa mereka akan mendukung karyawannya untuk “mendapatkan pekerjaan kembali, keterampilan ulang dan kesejahteraan, termasuk dukungan keuangan.”(ant/dfn/ipg)