Setiap akan berangkat melaut, nelayan di daerah Kenjeran, Kota Surabaya harus memikirkan cara mendapatkan dan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk mesin kapalnya. Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) tidak melayani pembelian menggunakan jeriken. Solar terkadang langka dan harga Pertalite akan naik.
“Harga Pertalite mau naik, susah mendapat BBM,” ujar Samiadi Ketua Nelayan Samudra Bintang di Taman Suroboyo dalam program Wawasan Radio Suara Surabaya di Hari Nelayan Nasional, Rabu (6/4/2022).
Pulang melaut, hampir setiap hari mereka harus menghadapi teguran Satpol PP karena menjemur ikan di pinggir jalan. Mereka tidak punya lahan untuk menjemur hasil tangkapan mereka. Janji Pemerintah Kota Surabaya untuk mencarikan lahan, sampai hari ini belum terealisasi.
“Di wilayah kami tidak ada tempat menjemur ikan bulu ayam. Jadi sementara ini hampir setiap hari kami menjemur di pinggir jalan. Kami sampai bentrok dengan Satpol PP. Bagaimana lagi, itu mata pencaharian kami,” tuturnya.
Menurut Samiadi, Pemerintah Kota Surabaya sudah mengetahui masalah ini dan berjanji akan mencarikan lahan. “Pak Wali janji mau kasih plengsengan di tepi laut, tapi belum terealisasi,” kata dia.
Masalah lain yang masih harus dihadapi nelayan adalah perbedaan harga ikan yang jomplang antara di tengkulak dan pasar, contohnya harga kerang kalau dijual ke tengkulak Rp45 ribu, lalu dikirim ke restoran jadi di atas Rp60 ribu.
Beberapa nelayan sudah berusaha alih profesi menjadi pekerja tapi tak bertahan lama, sebelum bisa menikmati hasilnya, mereka kembali lagi menjadi nelayan.
Perguruan tinggi, kata Samiadi, sering mengirimkan mahasiswanya untuk membantu para nelayan. Mereka datang ke kampung nelayan untuk memberi motivasi dan bimbingan. Saat musim angin, mereka memberikan bantuan membuat balok paving dari cangkang kerang supaya nelayan tidak menganggur. Program ini hanya berjalan sebentar, meski mesin kompresornya masih digunakan dan cangkang kerang masih mereka letakkan di tepi pantai.
“Harapan kami, di Surabaya kan banyak perguruan tinggi. Mungkin ada teknologi mesin oven untuk mengeringkan ikan yang kapasitasnya bisa banyak,” ujar dia.
Sekadar diketahui, hampir semua nelayan di Kota Surabaya tergabung dalam dua kelompok, yaitu kelompok nelayan Samudra Bintang dan Bintang Samudra. Samiadi menjelaskan, awalnya semua nelayan ini tergabung dalam satu kelompok. Namun dinas terkait menilai jumlahnya banyak dan meminta dipecah menjadi dua kelompok. Jumlah anggota di kelompok nelayan Samudra Bintang mencapai 230 orang.
Hasil laut yang dihasilkan nelayan di Surabaya adalah kerang, ikan bulu ayam, ikan bulu bebek, dan kakap (musiman).(iss)