Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan melemah dipicu rilis data tenaga kerja Amerika Serikat.
Rupiah pada Senin (8/8/2022) pagi ini melemah 36 poin atau 0,24 persen ke posisi Rp14.930 per dolar AS, dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.894 per dolar AS.
“Untuk awal pekan ini, pergerakan rupiah dipengaruhi oleh rilis data non farm payroll yang lebih tinggi dari perkiraan,” kata Revandra Aritama analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) saat dihubungi Antara, Senin pagi.
Data ketenagakerjaan nonpertanian atau non farm payrolls (NFP) AS dilaporkan mencapai 528.000 tenaga kerja, lebih tinggi dibandingkan konsensus 250.000 tenaga kerja. “Hal ini menjadi sentimen positif bagi dolar AS, sehingga mampu memberi tekanan pada rupiah,” ujar Revandra.
Laporan data ketenagakerjaan Negeri Paman tersebut, membuat pelaku pasar memperkirakan adanya kenaikan suku bunga yang lebih besar oleh bank sentral AS The Fed.
Pelaku pasar dengan cepat bergerak memperkirakan sekitar 70 persen kemungkinan The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin, pada September 2022 mendatang.
Data ketenagakerjaan yang kuat meningkatkan taruhan untuk laporan harga konsumen AS pada Juni, yang akan dirilis pada Rabu (10/8/2022) mendatang, dapat melihat sedikit kemunduran dalam pertumbuhannya. Tetapi kemungkinan percepatan lebih lanjut dalam inflasi inti.
Revandra memprediksi pada Senin ini rupiah berpotensi bergerak di kisaran Rp14.850 per dolar AS hingga Rp14.950 per dolar AS.
Sebagai informasi, pada Jumat (5/8/2022) lalu, rupiah ditutup menguat 39 poin atau 0,26 persen ke posisi Rp14.894 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.933 per dolar AS. (ant/bil/rst)