Produksi minyak OPEC telah turun pada November yang dipimpin Arab Saudi dan anggota Teluk lainnya sebagai eksportir utama, setelah aliansi OPEC+ menjanjikan pengurangan produksi yang tajam untuk mendukung pasar di tengah krisis ekonomi.
Hasil survei Reuters pada Rabu (30/11/2022), Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) memberikan 29,01 juta barel per hari (bph) bulan ini (November), turun 710.000 bph dari Oktober. Sedangkan bulan September, produksi OPEC menjadi yang tertinggi sejak 2020.
Melansir Antara, OPEC dan sekutunya atau dikenal OPEC+, mengalami peningkatan produksi di sepanjang tahun 2022 karena pemulihan. Untuk November, dengan harga minyak yang melemah di tengah kekhawatiran resesi, OPEC telah melakukan pemotongan terbesar sejak awal pandemi Covid-19 pada tahun 2020.
Keputusan mereka untuk melakukan pemotongan 2 juta barel per hari dalam target produksi OPEC+ atau sekitar 1,27 juta barel per hari di bulan November, dimaksudkan berasal dari 10 negara OPEC yang berpartisipasi.
Produksi minyak telah melampaui jumlah yang ditargetkan karena banyak produsen – terutama Angola dan Nigeria – tidak mempunyai kapasitas lebih untuk memompa karena investasi yang tidak mencukupi. Dalam kasus Nigeria sendiri adalah pencurian minyak mentah.
Survei membuktikan, produksi dari 10 anggota turun 720.000 bph bulan ke bulan, meninggalkan produksi aktual 800.000 bph di bawah target produksi pada November. Kekurangan pada Oktober adalah 1,36 juta barel per hari.
Menurut survei tersebut, hasil produksi yang berada di bawah target, OPEC melakukan pemotongan yang dijanjikan secara berlebihan dengan tingkat kepatuhan 163 persen pada November.
OPEC+ akan bertemu secara virtual pada Minggu (4/11/2022), terkait peninjauan kebijakan produksi dan diperkirakan tidak akan membuat perubahan apa pun.
Arab Saudi telah memangkas produksi pada November sebesar 500.000 bph dibandingkan Oktober, hampir semua dari jumlah yang dijanjikan. Uni Emirat Arab dan Kuwait membuat pembatasan terbesar berikutnya.
Aljazair memotong sekitar setengah dari jumlah yang dijanjikan. Sedangkan, Irak yang merupakan produsen terbesar kedua OPEC meminta kuotanya ditingkatkan, hampir tidak menurunkan produksi pada November.
Angola dan Nigeria masing-masing meningkatkan produksi pada November, tetapi keduanya memberikan jauh di bawah kuota mereka. Nigeria membukukan kenaikan terbesar OPEC, dibantu ekspor minyak mentah Forcados yang lebih tinggi.
Libya, Iran dan Venezuela ada sedikit perubahan dalam produksi sehingga dikecualikan dari pengurangan produksi OPEC.
Survei Reuters bertujuan untuk melacak pasokan ke pasar. Data pengiriman ini didasarkan pada sumber eksternal, data aliran Refinitiv Eikon, informasi dari pelacak kapal tanker seperti Petro-Logistik, dan informasi yang diberikan oleh sumber di perusahaan minyak, OPEC, dan konsultan.(ant/tik/rst)