Joko Widodo (Jokowi) Presiden menyebut ekonomi makro Indonesia secara umum terus membaik dibandingkan beberapa tahun lalu, seperti pada 2014-2015 saat dikategorikan negara rentan terpuruk bersama lima negara lain.
“Kalau kita ingat saat itu ada taper tantrum dan yang kalau kita lihat angka detail di situ di 2014-2015, defisit transaksi berjalan kita berada di angka 27,5 miliar dolar AS di 2014. Kemudian di 2015 berada di angka 17,5 miliar dolar AS. Kalau kita lihat lagi lebih detail di 2014 neraca dagang kita masih defisit 2,2 miliar dolar AS,” ujar Presiden dalam acara Outlook Perekonomian Indonesia Tahun 2023 di Jakarta, Rabu (21/22/2022) kemarin.
Dalam keterangan tertulis yang diterima suarasurabaya.net, Presiden dalam kesempatan itu meminta jajarannya lebih berani melakukan reformasi struktural, untuk menjaga ekonomi makro dari hal-hal membahayakan.
Misalnya, urusan surat berharga negara (SBN) yang saat itu 38,5 persennya dikuasai asing, sekarang tinggal 14,8 persen yang dikuasai asing.
“Kalau masih dikuasai asing, begitu goyah sedikit makro kita, keluar berbondong-bondong, goyah pasti kurs kita. Ini upaya-upaya yang kita lakukan,” ungkapnya.
Jokowi menyebut perbaikan-perbaikan yang dilakukan pemerintah juga terlihat hasilnya. Seperti neraca transaksi pada kuartal III tahun 2022 yang surplus 8,9 miliar dolar AS. Nominal tersebut berarti 0,9 persen dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
“Artinya, perbaikan-perbaikan itu betul-betul nyata dan kelihatan dalam angka-angka,” ucap Presiden.
Dalam kesempatan itu, Presiden juga mendorong peningkatan kemampuan domestik dengan memanfaatkan aset-aset negara dengan produktif, seperti izin konsesi hutan dan tambang yang diberikan kepada perusahaan swasta, maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Presiden telah memerintahkan Menteri Investasi dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencabut konsesi tersebut jika tidak dimanfaatkan dengan baik.
“Cabut dan berikan kepada yang memiliki kemampuan baik finansial, kemampuan SDM untuk menggarap aset-aset itu menjadi aset-aset yang produktif sehingga memberikan dampak yang positif kepada ekonomi kita,” jelasnya.
Hal tersebut juga berlaku ke aset lain seperti gedung-gedung tidak terpakai, serta peralatan operasional yang justru ditumpuk digudang.
“Coba cek di dinas-dinas, di BUMN-BUMN banyak sekali. Dipikir saya enggak tahu? Tahu. Inilah hal-hal yang menyebabkan kita tidak produktif dimulai hal-hal yang seperti ini. Atau membeli alat yang sebetulnya tidak diperlukan juga banyak, pembelanjaan hal-hal yang tidak produktif seperti ini. Kembali lagi, kemampuan domestik kita harus betul-betul kita garap,” tandas Jokowi. (bil/ipg)