Kue kering menjadi salah satu komoditi yang dicari masyarakat menjelang Lebaran. Setelah sepi permintaan selama dua tahun pandemi, penjualan kue kering di Surabaya mulai laris menjelang hari raya Idulfitri 2022. Meski dijual dengan harga lebih tinggi, imbas naiknya harga bahan baku.
Akwang, pemilik Toko Cahaya Medan di Pasar Atom Surabaya yang menjual aneka kue kering mengatakan, naiknya bahan baku juga mempengaruhi harga kue kering menjelang momen Lebaran. Meski dirinya tidak memproduksi sendiri, melainkan dari supplier, tetapi juga turut merasakan kenaikan harga kue kering mencapai sekitar 10 persen.
“Ya ada kenaikan 10 persenan lah. Misal dulu ambil Rp35 ribu sekarang jadi Rp40 ribu,” kata Akwang kepada suarasurabaya.net , Minggu (17/4/2022).
Jenis kue kering yang dijual di tokonya beraneka macam. Rata-rata per toplesnya dijual dengan harga Rp60 hingga Rp80 ribu, bergantung jenisnya.
“Nastar, kastengel, kue cokelat-cokelat itu sih yang paling banyak yang suka,” papar Akwang.
Akwang mengaku sudah menyediakan sebanyak 5 karton atau 600 toples kue kering dalam momen Lebaran kali ini sejak 2 minggu sebelum Ramadan.
“Dua minggu sebelum puasa sudah ready kue kering biasanya,” tambahnya.
Sehari-hari Akwang lebih banyak menyediakan aneka camilan atau jajanan seperti kerupuk dan sebagainya. Namun di momen-momen tertentu, salah satunya Lebaran, ia sengaja menyediakan kue kering.
Stok menjelang Lebaran 2022, lanjut Akwang belum bisa dikatakan normal. Ia hanya menambah sekitar 20 persen dari stok hari biasa. Padahal biasanya dirinya bisa menyediakan 50 persen lebih banyak dibanding hari biasa.
“Ndak berani stok banyak-banyak. Dua tahun kemarin buang stok banyak. Ada beberapa gak bisa dikembalikan. Kalau kue kering bisa dikembalikan,” ungkapnya bercerita.
Akibat pandemi, Akwang harus rela mengalami penurunan omzet sekitar 20-30 persen. Bahkan ia juga kehilangan banyak pelanggannya selama pandemi.
“Rata-rata Rp10 juta momen lebaran normal, sekarang Rp8 jutan itu maksimal. Banyak pelanggan selama pandemi gak datang, tahun ini juga gak kelihatan,” tambah Akwang.
Meski begitu Akwang bersyukur. Karena jika dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya, permintaan di tahun ini lebih ramai.
“Mungkin karena kasus Covid-19 sudah turun ya. Maret itu sempat ada penurunan pembelian, April tanggal 10 ke atas baru ramai,” ujar Akwang.
Hal serupa juga dialami Yulia, produsen kue kering rumahan yang sudah 20 tahun melayani pesanan terutama menjelang momen Lebaran. Yulia mengatakan kepada suarasurabaya.net, lebih memilih menaikkan harga kue kering buatannya ketimbang mengurangi bahan pembuatan. Karena ia tidak ingin mengecewakan kepercayaan konsumen dalam hal rasa.
“Naik sekitar Rp7 sampai Rp10 ribuan kira-kira,” kata Yulia.
Menurutnya, hal ini harus dilakukan karena pengaruh harga bahan baku pembuatan kue sedang tinggi. Ia menyebut mulai minyak goreng, telur, dan bahan lainnya.
“Gula halus aja sekarang berapa, Rp8.500 sekarang jadi Rp9. 500. Tepung terigu, Rp10 ribu sekarang jadi Rp11 ribu,” imbuhnya.
Kue kering buatan Yulia berkisar antara Rp65 ribu sampai Rp80 ribu rupiah dikemas mengunakan toples berukuran 300 ml. Variannya beragam mulai dari nastar, kastengel, putri salju, dan lain-lain.
“Nastar masih Rp65 sampai Rp75 ribu. Kalau Kastengel Rp80 ribu,” ujar Yulia.
Yulia sempat menceritakan kondisi usahanya selama dua tahun pandemi sangat sepi imbas larangan mudik dan open house yang diberlakukan pemerintah.
“Kalau tahun ini lebih ramai, sudah mulai normal lagi. Sudah mulai terima pesanan mulai H-10 Lebaran, nanti masih ada H-5, atau H-7 biasajya ramainya,” tutup Yulia. (lta/dfn/ipg)