Mariana Amiruddin Wakil Ketua Komnas Perempuan mengungkapkan, peran dan kontribusi perempuan sangat besar dalam perekonomian Indonesia, baik lewat sektor formal mau pun informal.
“Setiap perempuan yang bekerja di sektor tersebut punya kontribusi nyata untuk perekonomian Indonesia,” ujarnya di Jakarta, Senin (25/7/2022).
Menurut Mariana banyak dukungan baik dari Pemerintah serta masyarakat. Sehingga, pengusaha perempuan di Indonesia tumbuh lebih banyak dari sebelum-sebelumnya.
Dia menambahkan, ekonomi rakyat yang menggerakkan perekonomian negara juga banyak diisi kaum perempuan.
Oleh sebab itu, Mariana berharap Pemerintah mendorong semua pihak mendapat pemahaman yang sama terkait peran dan kontribusi perempuan dalam perekonomian.
“Pemerintah perlu mendorong perempuan-perempuan yang bekerja didukung keluarganya. Itu yang paling penting karena mereka punya beban ganda. Tidak hanya harus memikirkan kondisi rumah tangga, tapi juga harus mencari uang,” tambahnya.
Lebih lanjut, Mariana mengaprasiasi program Pemerintah dalam mendukung pemberdayaan ekonomi perempuan melalui alokasi Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan Program Kartu Prakerja.
Tapi, dia memberikan catatan supaya program tersebut bisa lebih efektif memberdayakan peran perempuan.
“Program itu memang cukup membantu. Tapi, perlu dipantau supaya program tersebut bisa diakses dan dijangkau dengan mudah oleh perempuan,” tegasnya.
Terkait hal itu, Airlangga Hartarto Menteri Koordinator bidang Perekonomian mengapresiasi tanda-tanda kemajuan dan kekuatan pemberdayaan ekonomi perempuan.
Berdasarkan data yang dipegangnya, sekitar 50 persen dari total 60 juta pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) adalah kaum perempuan.
“Saya mencatat perempuan dapat membangun generasi masa depan yang jauh lebih baik. Sehingga, perempuan mampu berperan sebagai jembatan untuk meningkatkan kualitas hidup di masa depan. Ide yang disiapkan dalam Konferensi Tingkat Tinggi Woman 20 (KTT W20) tahun ini dapat menjadi peluang untuk meningkatkan peran perempuan dalam pembangunan berkelanjutan di tengah gelombang tantangan dunia,” ucapnya.
Sementara itu, Nailul Huda Peneliti INDEF mengungkapkan pandemi Covid-19 menjadi berkah tersendiri bagi perempuan, di mana pola belanja masyarakat berubah dari offline ke online.
Kesempatan tersebut bisa dimanfaatkan perempuan pelaku UMKM berdaya dari rumah, menggunakan gawai mereka, meski sederhana untuk mulai berbisnis.
“Studi kami juga menemukan UMK beralih ke platform digital karena hal tersebut membantu mereka dalam mempertahankan dan memperluas jangkauan pelanggan dengan dukungan layanan pengiriman bawaan yang penting untuk mengatasi pembatasan jarak fisik selama pandemi,” jelasnya.
Laporan UN Women, 58 persen usaha mikro perempuan menggunakan internet, 42 persen tidak menggunakan internet. Lalu, 68 persen usaha kecil perempuan menggunakan internet, dan 32 persen tidak menggunakan internet.
Merujuk data tersebut, Nailul menilai ada gap penggunaan teknologi dan kepemilikan gawai antara laki-laki dan perempuan.
“Pertama akses internet di kaum perempuan lebih rendah dengan laki laki, kepemilikan gawai yang canggih, misalnya komputer, laptop, masih di laki-laki. Peluang dari perempuan muncul dari gawai yang lebih sederhana,” imbuhnya.
Perempuan, sambung Nailul, hanya dengan sosial media dan aplikasi komunikasi, bisa mulai berbisnis. Kalau mereka lebih melek teknologi dan masuk ke dunia e-commerce, dia yakin akan lebih banyak keuntungannya.
Dwi Faiz Head of Programmes UN Women Indonesia melihat, banyak perempuan yang sudah menggunakan teknologi, tapi belum menggunakannya secara optimal.
“Kami melihat pentingnya memberdayakan lebih banyak perempuan dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan agar dapat memperoleh manfaat penuh dari ekonomi digital, yang salah satunya kami lakukan melalui program terbaru kami yaitu Together Digital,” ungkapnya.(rid/ipg)