Suroto Ketua Asosiasi Kader Sosio-Ekonomi (AKSES) Indonesia mengungkapkan, Pemerintah perlu mempekuat daya beli masyarakat untuk menjaga tren positif perkonomian di Tanah Air.
Harapan itu disampaikan Suroto, terkait rencana berakhirnya Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) tahun 2022, seiring melandainya kasus Covid-19 dan membaiknya kondisi ekonomi nasional.
“Fondasi ekonomi Indonesia terletak pada konsumsi domestik. Oleh sebab itu yang patut dilakukan adalah menjaga keberlangsungan dan keberadaan sisi permintaan domestik yang terkait erat dengan daya beli masyarakat,” ujarnya di Jakarta, Selasa (9/8/2022).
Menurutnya, kalau 60-70 persen fondasi ekonomi adalah konsumsi, maka secara otomatis yang perlu diselamatkan adalah demand side, daya belinya.
Sebelumnya, Airlangga Hartarto Menteri Koordinator bidang Perekonomian menyatakan realisasi dana PEN tahun ini tidak akan terserap optimal. Karena, kasus Covid-19 tahun ini lebih terkendali dari tahun-tahun sebelumnya.
“Penyerapan dana PEN sektor kesehatan tidak akan optimal karena kasus Covid-19 relatif sudah terkendali. Makanya, anggaran PEN untuk sektor kesehatan akan direlokasi ke sektor lain. Salah satunya untuk mendukung sektor produktif, semisal bantuan sosial dalam program PEN,” katanya.
Walau Program PEN setop, tahun depan Pemerintah masih memiliki program bantuan sosial. Anggaran perlindungan sosial pada tahun 2023 mencapai Rp441,3 triliun.
Sementara itu, Faisal Rahman Ekonom Bank Mandiri memprediksi Perekonomian Indonesia akan tetap tumbuh pada Semester II 2022, dan bisa bertahan dari tantangan tahun 2023 kalau bisa menjaga momentum positif pertumbuhan ekonomi.
“Penopang pertumbuhan berasal dari konsumsi rumah tangga seiring masih longgarnya PPKM, naiknya mobilitas publik. Lalu, ada konsumsi jasa pendidikan yang secara musiman meningkatkan konsumsi rumah tangga, lalu ada gaji ke-13 PNS juga,” ucapnya.
Secara khusus, bulan Agustus ini, Faisal bilang ada momen yang akan mendorong konsumsi masyarakat.
“Diskon Hari Kemerdekaan, bansos termasuk BLT, dan subsidi juga masih akan terus tumbuh untuk menahan penurunan daya beli golongan tidak mampu akibat naiknya inflasi,” jelasnya.
Terkait kondisi ekonomi nasional, Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan menyatakan Indonesia sudah mencapai pra Covid level dihitung dari sisi GDP-nya, baik tahun 2021 mau pun 2022. Sementara, dari sisi defisit APBN-nya relatif moderat.
Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan Perekonomian Indonesia berdasarkan besaran PDB kuartal II 2022 mencapai Rp4.919,9 triliun atau tumbuh 5,44 persen.
Pemerintah, lanjut Sri Mulyani, akan berusaha untuk mempertahankan ekonomi di level yang baik untuk sisa Semester II tahun 2022. Salah satu sektor yang diharapkan mendorong pertumbuhan adalah belanja Kementerian dan Lembaga.(rid/ipg)