Jumat, 22 November 2024

Nilai Tukar Petani Juli 2022 Turun Dipicu Harga Kelapa Sawit

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Pekerja tengah memanen sawit menggunakan traktor. Foto: Antara

Margo Yuwono Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan Nilai Tukar Petani (NTP) pada Juli 2022 sebesar 104,25, turun menjadi 1,61 persen bila dibandingkan Juni 2022, karena indeks harga yang diterima petani turun 1,04 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani naik 0,58 persen.

“Indeks harga yang diterima petani turun 1,04 persen, karena menurunnya harga kelapa sawit, jagung, karet, dan kelapa,” ujar Margo, seperti dilaporkan Antara, Senin (1/8/2022).

Sedangkan kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,58 persen karena naiknya beberapa harga komoditas di antaranya bawang merah, cabai merah, cabai rawit, dan rokok kretek filter.

NTP pada subsektor tanaman perkebunan mengalami penurunan yang paling dalam, yakni turun 6,63 persen pada Juli 2022. Hal itu terjadi karena indeks harga yang diterima petani turun sebesar 6,06 persen, sementara indeks harga yang dibayar petani naik 0,61 persen.

Menurut Margo, komoditas dominan yang berpengaruh terhadap indeks harga yang diterima petani itu berasal dari komoditas kelapa sawit, karet, dan kelapa

Kemudian, untuk NTP subsektor hortikultura masih naik 4,91 persen pada Juli 2022, karena indeks harga yang diterima petani naik 5,48 persen, lebih besar dari indeks harga yang harus dibayar petani 0,55 persen. Komoditas dominan yang mempengaruhi indeks yang diterima petani tersebut berasal dari komoditas bawang merah, cabai merah, dan wortel.

Dengan pola yang sama, Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) pada Juli 2022 tercatat 105,47, turun 1,34 persen jika dibandingkan Juni 2022.

Penurunan NTUP terjadi karena indeks harga yang diterima petani turun 1,04 persen. Sementara, indeks biaya produksi dan penambahan barang modal naik 0,30 persen.

Penurunan tertinggi ada pada tanaman perkebunan rakyat, di mana NTUP nya turun 6,39 persen.

“ini disebabkan karena indeks yang diterima petani mengalami penurunan 6,06 persen. Sedangkan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal naik 0,36 persen,” kata Margo

Adapun komoditas yang dominan mempengaruhi biaya produksi dan penambahan barang modal perkebunan rakyat, di antaranya adalah NPK, urea, dan ongkos angkut.

Sedangkan yang mengalami peningkatan yakni NTUP Hortikultura naik 4,98 persen, karena indeks yang diterima petani naik 5,48 persen, lebih besar dari indeks yang harus dibayar petani yakni naik 0,48 persen, terutama untuk penambahan barang modal.

“Yang dominan mempengaruhi kenaikan adalah bawang merah, cabai merah, wortel, dan beberapa komoditas yang menghambat produksi dan barang modal yakni bibit jahe,” pungkas Margo. (ant/des/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs