Mudahnya Menanam Serai Wangi dan Peluang yang Menjanjikan

Banyaknya lahan kosong yang jauh dari air, membuat masyarakat menjadi bingung, akan mengelola lahan tersebut menjadi apa.

Khoirul Rohman, CEO Nuswantara Garden menjelaskan, pihaknya memiliki target untuk membantu para petani Asiri dan nelayan, terutama dalam bidang serai wangi. Dengan memanfaatkan lahan yang tidak terpakai/lahan tidak produktif.

Serai wangi adalah jenis rumput-rumputan dari Ordo Graminales yang khas dari daerah-daerah tropis Asia. Karakteristiknya yang mudah ditanam, tidak membutuhkan air yang banyak, dan memiliki ekmil ekonomis yang tinggi, menjadi solusi untuk bisa menyelesaikan permasalahan tersebut.

Serai merah/sitrunella tidak membutuhkan pupuk yang susah dicari, tanaman tersebut hanya butuh pupuk hewani, dan tidak butuh air yang banyak. “Hanya butuh air hujan selama 1 bulan, itu sudah bisa tahan hingga 5 tahun untuk bisa dipanen,” jelas Khoirul, panggilan akrabnya, saat mengudara di Radio Suara Surabaya, Rabu (24/8/2022).

Selain itu, ia menambahkan, bahwa tanaman tersebut memiliki ekonomis yang tinggi, karena sekali tanam, 6 bulan pertama panen, dan seterusnya selama 2 bulan sekali bisa panen selama 5 tahun.

“Itu itungan ekonomis yang cukup baik, karena dengan modal 20 juta per hektare, itu bisa balik dipanen ke 3 dan 4,  jadi 13 bulan udah bisa balik modal kalau sesuai plan,” jelas Khoirul.

Menurutnya, kalau masyarakat tahu bagaimana mengelola tanaman tersebut dengan baik, anak muda pasti akan memiliki cuan yang akan lebih baik dari pada ketika tidak memanfaatkan lahan tersebut.

Sebagai tambahan informasi, Indonesia adalah produsen sitronela/serai wangi terbesar kedua di dunia setelah China. Menurut Khoirul, Indonesia menjadi urutan yang kedua karena China sudah di industrialisasi.

Namun, ia mengakui bahwa Indonesia memiliki peluang yang besar. “Indonesia punya industri yang gampang bisa punya lahan yang banyak dan luas, ditunjang dengan cara menanam serai wangi yang gampang, yang hanya menunggu 2-6 bulan setiap panen, dan per hektare bisa mendapat minimal 12 juta rupiah,” pungkas Khoirul. (des/ipg)