Minyak berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober, anjlok 4,94 dolar Amerika Serikat (AS) atau 5,7 persen, menjadi menetap di 81,94 dolar AS per barel di “New York Mercantile Exchange”.
Seperti dilansir Antara, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November tergelincir 4,83 dolar AS atau 5,2 persen, menjadi 88 dolar AS per barel di “London ICE Futures Exchange“.
Kemunduran terjadi karena pedagang semakin khawatir, terkait pengetatan kebijakan agresif bank-bank sentral utama untuk mengekang inflasi yang memanas, akan menyebabkan resesi global sehingga mengurangi permintaan energi.
“Saat ini pasar mendasarkan kekhawatirannya tentang apa yang akan terjadi karena harga energi yang meningkat tajam di Eropa, permintaan yang melambat di Eropa, dan kenaikan suku bunga,” kata Phil Flynn, seorang analis “Price Futures Group”.
Sementara itu, bank Sentral Kanada (BOC) menaikkan suku bunga sebesar tiga perempat poin persentase ke level tertinggi 14 tahun pada Rabu (7/9/2022), untuk memerangi inflasi yang melonjak.
Data ekonomi China yang lemah dan kebijakan nol-Covid yang ketat menambah kekhawatiran permintaan. Impor minyak mentah negara tersebut jatuh 9,4 persen pada Agustus dari tahun sebelumnya.