Anggara Hayun Anujuprana Direktur Akses Pembiayaan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI mengatakan, pihaknya mengupayakan pembiayaan bagi para pelaku usaha kuliner Indonesia di luar negeri. Hal itu dilakukan agar dapat semakin memperkenalkan Tanah Air melalui sektor makanan dan minuman (F&B).
“Misalnya, nanti akan ada (jenama kuliner Indonesia) di London. Kita dorong (mendapatkan pembiayaan), tujuannya supaya diaspora di London nanti mereka mau dan mendapatkan pembiayaan untuk membuka restoran Indonesia di luar negeri. Kita dorong supaya restoran itu dibuka ke luar negeri dan mengajak wisatawan mancanegara ke Indonesia,” kata Hayun di Kuala Lumpur, Malaysia, Senin (17/10/2022) kemarin petang dikutip Antara.
Lebih lanjut, dia mengatakan hal tersebut senada dengan kampanye Kemenparekraf di sektor kuliner bertajuk Indonesia Spice Up The World.
Kampanye ini ditujukan untuk mendukung kehadiran kuliner Indonesia di mancanegara. Selain itu, program ini menargetkan 4.000 restoran Indonesia di luar negeri dan meningkatkan nilai ekspor bumbu serta rempah-rempah menjadi 2 miliar dolar AS (sekitar Rp29 triliun).
Saat ditanya soal indikator jenama atau tempat makan Indonesia yang nantinya akan mendapatkan dukungan pemerintah untuk melebarkan sayapnya di kancah internasional, Hayun mengatakan salah satunya adalah tingkat kesadaran masyarakat Indonesia akan sebuah jenama (brand awareness) yang sudah tinggi di dalam negeri.
Menurutnya, hal tersebut diharapkan dapat membantu jenama lokal untuk semakin mudah memperluas jangkauannya, serta membawa budaya Indonesia ke luar negeri.
“Dari sana, upaya Kemenparekraf adalah ‘mencomblangkan’ atau business matching (jenama lokal) dengan investor (sumber pembiayaan),” ujar Hayun.
Sependapat, Ni Made Ayu Marthini Deputi Pemasaran Kemenparekraf RI mengatakan masa depan dari peningkatan kesadaran jenama adalah berbasis budaya. Maka dari itu, ia yakin Indonesia yang kaya akan kultur dapat ikut bersaing di berbagai sektor ekonomi kreatif termasuk kuliner.
“Membentuk brand value. Bagi Indonesia, ini saya rasa perlu. Brand Indonesia sebagai negara itu penting karena nilai itu ada di sana,” ujar Made.
Selain itu, ia juga menekankan pentingnya kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan termasuk pemerintah, akademisi, asosiasi, hingga industri terkait demi membentuk ekosistem yang solid untuk pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia.
“Ekosistem penting, kita tidak bisa berdiri sendiri. Pemasaran, promosi, tidak mungkin bisa berjalan tanpa ada produknya. Maka dari itu produknya harus dibangun. Kolaborasi juga menjadi penting,” ujar Made.
“Kami terus memberikan semangat karena mulai redup (pariwisata), karena pandemi 2 tahun terakhir. Bagaimana? Dengan menciptakan destinasi menarik dan beda dengan negara lainnya, termasuk kuliner yang beragam. The whole creativity ditantang untuk berikan yang terbaik bagi pelanggan atau wisatawan,” imbuhnya. (ant/bil)