Kamar Dagang dan Industri Jawa Timur (Kadin Jatim) melalui Rumah Kurasi dan Export Center Surabaya (ECS) menargetkan ada sekitar 10 Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang sudah bisa go export di tahun 2023. Keinginan tersebut, melihat besarnya potensi BUMDes yang bisa dikembangkan di seluruh wilayah Jawa Timur, yang mencapai kisaran 6.000 an BUMDes.
Setyohadi Direktur Rumah Kurasi mengungkapkan, bahwa keberadaan BUMDes di lingkungan masyarakat desa menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan mereka. Untuk itu, Pemerintah daerah, baik tingkat provinsi maupun kabupaten kota bersama dengan Kadin Jatim berkomitmen membantu BUMDes untuk naik kelas, hingga bisa melakukan ekspor secara mandiri, tidak melalui perusahaan lain.
Meski demikian, menurut Tyo panggilan akrab Setyohadi, realisasinya masih cukup panjang karena keberadaan BUMDes di masing-masing desa tidaklah sama, ada yang sudah maju dan berkembang tetapi ada juga yang masih tradisional.
“Kemarin ada sekitar 60an BUMDes yang menyatakan keinginan mereka untuk mendapatkan pendampingan hingga bisa melakukan ekspor. Tetapi Dinas Pemberdayaan Masyarat dan Desa akhirnya memilih dua BMUDes yang akan mendapatan pendampingan dan bimbingan. Dua BUMDes ini akan dijadikan pilot project pengembangan BUMDes di Jatim. Kami berharap, ini akan terus bergulir hingga di tahun 2023 akan sekitar 10 BUMDes yang sudah mampu melakukan ekspor secara mandiri,” terang Tyo, Jumat (22/4/2022).
Dua BUMDes yang menjadi percontohan tersebut adalah BUMDes Pahala dari Desa Srowo Kecamatan Sidayu Kabupaten Gresik dengan hasil produksi krupuk olahan ikan laut, dan BMUDes Makmur Desa Sumbertangkil Kecamatan Tirtoyudo Kabupaten Malang dengan hasil produksi kopi. Kedua BUMDes ini dianggap lebih siap karena kapasitas produknya sudah besar.
“Tetapi masih banyak yang harus dibenahi, mulai dari mindset pelaku usahanya, kualitas produksi dan penggunaan teknologi pangan hingga legalitasnya,” ujarnya.
Untuk itulah pada tahap awal, Rumah Kurasi akan mengkurasi atau melakukan penilaian, baik dari sisi kualitas produk maupun legalitas atau perijinannya. Dari penilaian tersebut maka akan diketahui apa yang menjadi kendala dan harus diperbaiki sehingga bisa dilakukan pendampingan.
Fitradjaja Purnama Wakil Ketua Umum Bidang Kerjasama Antar Lembaga Kadin Jatim mengungkapkan, bahwa sebenarrnya BUMDes adalah pembinaan lanjutan dari pemerintah untuk penguatan ekonomi desa.
“Karena Kadin Jatim melihat semangat pemerintah daerah dan desa untuk meningkatkan kualitas BUMDes ini cukup tinggi, makanya kami tergerak dan meresponnya. Kami yakin dengan pendampingan, akan ada banyak BUMDes yang bisa melakukan ekspor” ujar Fitra.
Sementara itu, Ernawati Direktur BUMDes Pahala mengungkapkan, BUMDes Pahala menaungi sekitar 50 Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) pengrajin krupuk ikan laut yang ada di desa Srowo. Saat ini kapasitas produksi seluruh UMKLM tersebut mencapai sekitar 1 ton per hari dengan kebutuhan ikan sebesar 2 ton per hari. Dari ke 50 UKM tersebut, sekitar 50 persennya sudah memiliki PIRT dan sudah bersertifikat halal, selebihnya masih dalam proses.
“Harapannya adalah kesejahteraan masyarakat bisa terangkat, karena ketika kami sudah bisa ekspor, kemungkinan besar income kian bertambah dan tingkat kesejahteraan kami meningkat. Kalau awalnya hanya bisa menjual satu atau dua kilo, melalui ekspor pasti berbeda,” ungkap Ernawati. (bil/ipg)