Dana Moneter Internasional (IMF) menyebut negara-negara berpenghasilan rendah membutuhkan sekitar 500 miliar dolar AS, dalam pembiayaan eksternal selama 2022-2026.
IMF pada Kamis (8/12/2022) menyebut jumlah itu meningkat 57 miliar dolar AS dari perkiraan tahun lalu, karena dipicu perang Rusia Ukraina.
Dalam makalah kebijakannya, IMF mengatakan perang tersebut memperburuk inflasi dengan kenaikan besar harga bahan kebutuhan, dan memperlambat pemulihan negara-negara berpenghasilan rendah setelah Pandemi Covid-19.
“Posisi fiskal negara-negara berpenghasilan rendah semakin tertekan karena pemerintah menggenjot pengeluaran untuk mengatasi dampak pandemi dan perang di Ukraina, dan untuk melindungi mereka yang rentan dari harga pangan dan bahan bakar yang tinggi. Akibatnya, kerentanan utang telah meningkat,” tulis IMF dalam kajiannya dikutip Antara, Jumat (9/12/2022).
Negara-negara tersebut telah kehilangan momentum pertumbuhan pada 2022, sementara percepatan inflasi telah melebarkan defisit fiskal.
Indikator kesinambungan utang belum mencapai tingkat yang terlihat pada malam peluncuran prakarsa Negara-Negara Miskin Berutang Berat (Heavily Indebted Poor Countries/HIPC) IMF-Bank Dunia tahun 1996, pergeseran lanskap kreditur ke arah non-Paris Club dan kreditor swasta membawa tantangan baru untuk restrukturisasi utang yang cepat dan teratur,” kata IMF.
China yang menjadi kreditor bilateral terbesar di dunia dalam beberapa tahun terakhir, menuai kritik yang meningkat dari negara-negara Barat karena keengganannya untuk memberikan keringanan utang kepada negara-negara berkembang yang tertekan.
Prakiraan terbaru IMF datang sehari setelah Bank Dunia mengeluarkan laporan baru tentang meningkatnya beban utang untuk negara-negara termiskin di dunia.
Mereka diprediksi akan membelanjakan lebih dari sepersepuluh dari pendapatan ekspor mereka sekitar 62 miliar dolar AS untuk melayani utang bilateral eksternal, proporsi tertinggi sejak 2000.
IMF menyebut kebutuhan pendanaan eksternal 2022-2026 untuk negara-negara berpenghasilan rendah yang bertujuan mengatasi warisan pandemi Covid, mempercepat pertumbuhan pendapatan yang terhenti, dan membangun kembali penyangga eksternal akan berjumlah sekitar 440 miliar dolar AS, hampir sama dengan perkiraan satu tahun lalu untuk periode 2021-2025.
“Tetapi tambahan kebutuhan pendanaan 2022-2023 yang dipicu oleh perang Ukraina akan membuat totalnya menjadi setidaknya 497 miliar dolar AS,” urai IMF. (ant/bil/ipg)