Peringatan Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) ke-729 dinilai mampu menjadi momentum, yang bisa digunakan Pemerintah Kota sebagai turbulensi penggerak perekonomian.
Bambang Budiarto Pengamat Ekonomi pada Radio Suara Surabaya, Senin (30/5/2022) mengatakan, Kota Pahlawan memiliki keistimewaan potensi ekonomi sebagai growth pole atau kutub pertumbuhan.
Keistimewaan daerah sebagai growth pole yakni, kemudahan untuk menarik masyarakat dari wilayah/daerah lain saat adanya kegiatan. Salah satunya seperti Pawai Bunga dan Parade Budaya dalam peringatan HJKS yang digelar Sabtu ( 28/5/2022) lalu.
“Sebagai Kota Metropolitan dan growth pole, Surabaya dikunjungi banyak orang karena menjadi pusat pertumbuhan,” ujar Dosen Universitas Surabaya (Ubaya) tersebut.
Menurut dia, potensi dalam momen HJKS bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk mendongkrak sektor pariwisata dan angka pertumbuhan ekonomi, hingga tujuh persen sesuai agenda Eri Cahyadi Walikota Surabaya.
“Hari Ulang Tahun Kota Surabaya agendanya harus khusus dan berbeda. Harus dibuatkan kegiatan yang mengandung value added agar bisa berdampak pada perekonomian,” ujar Bambang Budiarto yang juga pengurus Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Surabaya.
Bambang menyebut, kondisi ekonomi Surabaya sudah siap dan baik dengan beberapa catatan makro yang ada. Salah satunya baerkaitan dengan kasus pengangguran terbuka. Berdasarkan data BPS pada bulan Agustus 2021, kondisi tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), mencapai 9,68 persen dari jumlah penduduk angkatan kerja yang mencapai 1,5 juta jiwa.
“Saya mengerti persis, banyak yang telah dilakukan oleh pemerintah kota Surabaya. Tapi angka pengangguran masih diatas 5 persen, setiap taun kita dihadapkan pada munculnya lulusan-lulusan baru yang perlu terserap dunia kerja,” ujarnya.
Surabaya dinilai memiliki tiga pilar sektor yang masih bisa dimaksimalkan untuk mengatasi angka pengangguran, yaitu sektor perdagangan, restoran dan hotel serta transportasi.
Selain itu, kata Bambang, sebagai kota dengan total 2,87 juta penduduk dan upah minimum regional (UMR) tertinggi di Jawa Timur, Kota Surabaya bisa lebih berkembang dengan mengoptimalkan kolaborasi dengan pihak swasta. Dia menyarankan, agar semua sektor bisa bergerak secara simultan dan saling terhubung antara satu dengan yang lain.
“Saya melihat upaya-upaya masih sepenuhnya ditangani oleh pemerintah. keterlibatan swasta masih kurang. Diusahakan bisa memunculkan aktifitas agenda yang simultan satu sama lain. Mempunyai linkage (keterkaitan) baik forward maupun backward,” pungkas dia. (tha/bil/ipg)