Jumat, 22 November 2024

Harga Minyak Menguat Setelah Rusia Ancam Setop Ekspor

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Ilustrasi harga minyak naik tipis. Foto: Pixabay

Harga minyak menguat pada akhir perdagangan Jumat (9/9/2022) pagi WIB, bangkit dari level terendah selama tujuh bulan setelah Rusia sebelumnya mengancam akan menghentikan ekspor minyak dan gas ke beberapa pembeli.

Seperti dilaporkan Antara, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober terangkat 1,6 dolar AS atau hampir 2,0 persen, menjadi menetap di 83,54 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November bertambah 1,15 dolar atau 1,3 persen, menjadi ditutup di 89,15 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Harga minyak mendapat dukungan dari ancaman Vladimir Putin Presiden Rusia, yang sebelumnya mengancam menghentikan ekspor minyak dan gas jika batas harga diberlakukan oleh pembeli Eropa.

Uni Eropa sebelumnya mengusulkan pembatasan harga gas Rusia, meningkatkan risiko penjatahan musim dingin ini jika Moskow melakukan ancamannya. Gazprom Rusia telah menghentikan aliran dari pipa gas Nord Stream 1.

Harga minyak naik meskipun ada peningkatan mengejutkan dalam persediaan minyak mentah AS, yang menimbang perlunya lebih banyak pelepasan minyak mentah dari cadangan strategis karena kekhawatiran perpanjangan penguncian Covid-19 China, serta kenaikan suku bunga global yang akan memperlambat aktivitas ekonomi dan menekan permintaan bahan bakar.

Badan Informasi Energi AS (EIA), pada Kamis (8/9/2022) kemarin melaporkan, bahwa persediaan minyak mentah komersial negara itu meningkat sebesar 8,8 juta barel sampai 2 September kemarin. Analis yang disurvei oleh S&P Global Commodity Insights memperkirakan pasokan minyak mentah AS menunjukkan penurunan 1,8 juta barel.

Menurut EIA, total persediaan bensin motor naik 0,4 juta barel dari minggu lalu, sementara persediaan bahan bakar sulingan naik 0,1 juta barel.

“Sebagian besar minyak dalam penimbunan itu berasal dari Cadangan Minyak Strategis (SPR). Semakin cepat kita mengosongkan SPR, semakin besar penarikan yang akan terjadi di masa depan,” kata Phil Flynn Analis Price Futures Group.

Pada Rabu (7/9/2022), kedua kontrak acuan turun lebih dari 5,0 persen menjadi ditutup pada level terendah sejak pertengahan hingga akhir Januari karena kekhawatiran permintaan meningkat,menempatkan WTI ke wilayah oversold secara teknis untuk pertama kalinya dalam sebulan. (ant/bil/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
26o
Kurs