Kamis, 7 November 2024

Harga Minyak di Asia Menguat Tipis Ditopang Redanya Penguatan dolar AS

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Ilustrasi harga minyak naik. Foto: Pixabay

Harga minyak menguat dalam perdagangan tipis di awal jam Asia pada Senin (17/10/2022) pagi, karena penguatan dolar AS mereda sementara investor menunggu data dari China untuk mengukur permintaan di importir minyak mentah utama dunia itu.

Melansir dari Antara, harga minyak mentah berjangka Brent terangkat 85 sen atau 0,9 persen, menjadi diperdagangkan di 92,48 dolar AS per barel pada pukul 00.19 GMT, pulih dari penurunan 6,4 persen minggu lalu.

Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS diperdagangkan di 86,34 dolar AS per barel, terdongkrak 73 sen atau 0,9 persen, setelah mencatat penurunan 7,6 persen minggu lalu.

Harga minyak mendapat dukungan dari kombinasi beberapa faktor, termasuk komentar Xi Jinping Presiden China di Kongres Partai yang meyakinkan kebijakan akomodatif untuk ekonomi, tanda positif untuk prospek permintaan.

“Indeks dolar AS berjangka lebih rendah hari ini, yang juga memberikan peluang rebound untuk pasar minyak. Dolar yang lebih lemah membuat minyak lebih terjangkau bagi pemegang mata uang lainnya,” kata Tina Teng Analis CMC.

China diperkirakan akan merilis data perdagangan dan ekonomi minggu ini. Meskipun pertumbuhan PDB kuartal ketiga dapat pulih dari kuartal sebelumnya, kebijakan ketat Covid-19 dari Xi membuat ekonomi nomor dua dunia itu kemungkinan besar menghadapi tahun dengan kinerja terburuk dalam hampir setengah abad.

Ke depan, harga minyak diperkirakan akan tetap fluktuatif karena pengurangan produksi oleh OPEC+ akan memperketat pasokan menjelang embargo Uni Eropa terhadap minyak Rusia, sementara dolar AS yang kuat dan kenaikan suku bunga lebih lanjut dari Federal Reserve AS membatasi kenaikan harga.

James Bullard Presiden The Fed St Louis pada Jumat (14/10/2022) pekan lalu mengatakan, inflasi telah “merusak” dan sulit untuk ditahan, untuk menjamin kelanjutan kebijakan agresif melalui peningkatan suku bunga yang lebih besar dari tiga perempat poin persentase.

Negara-negara anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu mereka, termasuk Rusia, pada Minggu (16/10/2022) berbaris mendukung pengurangan produksi curam yang disepakati bulan ini.

Hal tersebut dilakukan setelah Gedung Putih, meningkatkan perang kata-kata dengan Arab Saudi, dengan menuduh Riyadh memaksa negara lain untuk mendukung langkah tersebut.

OPEC+ berjanji pada 5 Oktober 2022 lalu untuk memangkas produksi sebesar dua juta barel per hari, yang akan menyebabkan penurunan aktual sekitar 1 juta barel per hari karena beberapa anggota sudah berproduksi di bawah target mereka.

Meskipun demikian, eksportir utama Arab Saudi akan menjaga ekspor ke pasar utama Asia stabil pada November 2022. (ant/bil)

Berita Terkait

Surabaya
Kamis, 7 November 2024
36o
Kurs