Sabtu, 23 November 2024

Energy Watch: Menko Perekonomian Punya Peran Stategis Wujudkan Ekosistem Kendaraan Listrik

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan
Airlangga Hartarto Menko Perekonomian meresmikan produksi perdana mobil listrik pertama Wuling di Indonesia, Senin (8/8/2022), di Admin Plaza Wuling Motors, Cikarang, Jawa Barat. Foto: Istimewa

Mamit Setiawan Direktur Eksekutif Energy Watch menilai Airlangga Hartarto Menteri Koordinator bidang Perekonomian punya peran strategis dalam mendukung ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.

Menurutnya, upaya Menko Perekonomian bertemu sejumlah petinggi produsen otomotif dalam kunjungannya ke Jepang beberapa waktu lalu punya dampak yang positif.

Selain mendorong industri kendaraan listrik dengan ikut meluncurkan mobil listrik Wuling, Airlangga juga menginisiasi penggunaan mobil listrik Lexus UX 300e yang didatangkan dari Jepang untuk delegasi G20.

“Langkah yang dilakukan Pak Airlangga sangat strategis. Mudah-mudahan itu bisa memberikan kontribusi positif dalam pelaksanaan KTT G20 nanti dan pastinya dalam mengembangkan ekosistem mobil listrik di Indonesia,” ujarnya di Jakarta, Rabu (10/8/2022).

Masyarakat di Indonesia, lanjut Mamit, sebetulnya cukup siap mengadaptasi gaya hidup kendaraan listrik. Tapi, kendala ada pada infrastruktur dan juga harga kendaraannya yang masih mahal.

“Memang salah satu kendala kendaraan listrik terkait infrastruktur, bagaimana PLN bisa meningkatkan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) supaya masyarakat bisa lebih mudah melakukan pengisian daya,” tegasnya.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengklaim, sekarang sudah ada 101 unit SPKLU di 73 titik yang tersebar di berbagai daerah.

Dia menambahkan, tren otomotif global sekarang bergerak ke arah kendaraan ramah lingkungan. Itu juga sesuai dengan target Indonesia mencapai net zero emission (NZE) atau netral karbon pada tahun 2060.

“Tren global ke depan sudah menuju kepada electric vehicle (EV), baik mobil listrik mau pun lainnya. Itu salah satu upaya mengurangi emisi gas rumah kaca sesuai dengan komitmen penurunan emisi karbon 29 persen pada 2030, dan bahkan target zero emission tahun 2060,” jelas Mamit.

Lebih lanjut, Mamit menyatakan Indonesia sebagai produsen Nikel terbesar di dunia harus mendapatkan untung besar dari bisnis kendaraan listrik.

“Dengan potensi nikel yang dimiliki, sebisa mungkin Indonesia jadi pemain utama di sektor EV. Jangan cuma jadi penonton. Pemerintah harus mendorong ekosistem yang memberikan efek berganda buat perekonomian nasional,” pungkasnya.(rid/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs