Jumat, 22 November 2024

Ekonom UI Ingatkan Pentingnya Daya Beli Masyarakat untuk Menjaga Stabilitas Ekonomi Nasional

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan
Pembeli mendapat kantong kertas usai belanja di Citraland Fresh Market, Jumat (22/4/2022). Foto: Meilita suarasurabaya.net

Teguh Dartanto Ekonom dari Universitas Indonesia (UI) mengapresiasi kinerja Pemerintah menjaga perekonomian nasional di masa pandemi Covid-19.

Tapi, dia mengingatkan tantangan tahun depan bakal berbeda. Maka dari itu, Pemerintah harus melakukan sejumlah antisipasi dan mitigasi.

“Kita perlu mengapresiasi kinerja pemerintah dalam menjaga berbagai indikator makroekonomi pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar yang relatif aman dan terkendali di tengah gejolak perekonomian global dan kenaikan harga BBM,” ujarnya di Jakarta, Rabu (14/12/2022).

Menurut Teguh, tahun depan tantangan bukan cuma datang dari global. Tapi, target defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maksimal tiga persen dari produk domestik bruto (PDB).

“Tahun depan Pemerintah akan menghadapi tantangan yang sangat berbeda karena defisit APBN maksimal 3 persen dari PDB, dan ancaman resesi global. Sehingga, Pemerintah harus melakukan antisipasi dan mitigasi melalui penguatan perekonomian domestik,” jelasnya.

Sekarang, perekonomian domestik menjadi tulang punggung terbesar dari perekonomian nasional. Konsumsi rumah tangga menyumbang 54,42 persen PDB.

“Tugas besar Pemerintah adalah menjaga daya beli masyarakat tetap tumbuh. Di antaranya dengan bantuan UMKM, Bansos, perlindungan tenaga kerja dari PHK, dan peningkatan Dana Desa perlu dilakukan untuk menggerakkan perekonomian domestik,” kata Teguh.

Sebelumnya, Airlangga Hartarto Menteri Koordinator bidang Perekonomian memaparkan sejumlah capaian Pemerintah di sektor perekonomian.

Pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal ketiga berhasil menembus angka 5,72 persen (yoy). Pertumbuhan impresif juga diikuti dengan penurunan inflasi hingga ke titik 5,42 persen (yoy) pada November 2022.

Sementara itu, cadangan devisa yang positif, neraca perdagangan yang telah mengalami surplus selama 30 bulan berturut-turut, dan neraca pembayaran yang positif juga menguatkan sinyalemen ekonomi Indonesia dalam posisi yang sangat baik.

Airlangga yang juga Ketua Umum Partai Golkar optimistis tahun depan perekonomian Indonesia bisa tetap kokoh bahkan diharapkan bisa melesat.

“Tentu tahun depan adalah pertaruhan Indonesia, karena kalau kita bisa menangani tantangan yang ada di tahun depan, maka Indonesia bisa lepas landas berikutnya. Karena dua tahun ini kita bisa bertahan, tinggal tahun depan kita harus bisa bertahan dan pada saat itu tidak banyak juga negara yang bisa take off seperti Indonesia,” ucapnya.

Sementara itu, Tauhid Ahmad Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menilai kinerja dari tim ekonomi Pemerintah sudah dalam level yang baik.

“Saya kira memang pencapaian dari target-target relatif lebih baik. Tapi, itu belum optimal,” kata Tauhid.

Dia bilang, kinerja tim dalam merealisasikan program masih belum mencapai target yang sudah ditetapkan di awal.

Tauhid mengambil contoh tidak tercapainya target pertumbuhan ekonomi, pengendalian inflasi, dan nilai tukar Rupiah. Lalu, soal pengurangan kemiskinan dan pengangguran yang masih meleset dari target yang ditetapkan Pemerintah.

“Target Pemerintah kan diperkirakan pertumbuhan ekonomi 5,3 persen. Kami melihat akan di bawah itu, maksimal 5,1 persen,” tambahnya.

Walau target tidak tercapai, Tauhid tetap mengapresiasi kinerja tim ekonomi Pemerintah di bawah Menko Airlangga Hartarto.

APBN juga menorehkan kinerja apik dengan mencatatkan angka defisit yang lebih kecil dari seharusnya. Indonesia menikmati keuntungan dari kenaikan harga komoditas di pasar global.

“Pencapaian tentu saja di APBN, karena terjadi defisitnya lebih kecil dari yang sudah ditetapkan karena ada lonjakan harga komoditas,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Tauhid memprediksi tahun 2023, Tim Ekonomi Indonesia akan mendapat tantangan yang lebih berat dengan adanya ancaman krisis global.

Tim ekonomi Indonesia perlu bekerja lebih keras untuk mengejar realisasi target pertumbuhan ekonomi yang sudah ditetapkan.

“Akan berat karena target pemerintah masih terlalu tinggi 5,3 persen. Sementara riilnya, banyak lembaga memperkirakan di bawah 5 persen. Jauh lebih berat dibanding tahun 2022. Perlu kerja keras. Jangan sampai realisasi jauh dari pada target,” pungkasnya.(rid)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
35o
Kurs