Airlangga Hartarto Menteri Koordinator bidang Perekonomian mengklaim kesuksesan Presidensi G20 membawa dampak positif pada citra Indonesia di mata internasional, baik sektor hubungan internasional mau pun ekonomi.
“Negara-negara besar sudah melihat ekonomi terbesar di dunia yang masih positif atau istilahnya the bright spot in dark adalah Indonesia dan ASEAN. Dengan demikian, alternatif investasinya, melihat Indonesia stabil secara politik dan stabil untuk regulasi, rule of law dari investasi,” ujarnya di Jakarta, Rabu (23/11/2022).
Andri Satrio Nugroho Ekonom INDEF mengatakan, Indonesia beruntung memiliki ekonomi domestik yang kuat, citra positif serta pencapaian kerja sama perekonomian dengan negara negara-negara anggota G20.
“Terkait G20, saya rasa bisa menjadi momentum Indonesia tampil di kancah internasional, walau pun sebetulnya kita masih berpegang pada inward looking, fokus ke dalam negeri ketimbang keluar,” ujarnya kepada wartawan, Kamis (24/11/2022).
Menurutnya, saat ini Indonesia sudah menjadi perhatian dunia. Indonesia sejak lama dikenal sebagai negara yang memiliki pasar besar.
Terlebih, Indonesia akan punya bonus demografi ketika banyak anak muda mendominasi.
“Jumlah penduduk tinggi, pangsa pasar besar, daya beli baik, makanya investor tertarik masuk ke indonesia. Namun, apakah hanya berpuas diri sebagai pasar saja? Tentu tidak boleh,” sebutnya.
Maka dari itu, Andri berharap Pemerintah menarik investasi yang berorientasi ekspor. Dengan begitu, kualitas barang produksi Indonesia bisa bersaing, dan kondisi perekonomian tetap impresif di tengah tekanan krisis ekonomi global.
Sementara itu, Yusuf Rendy Manilet Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia lebih menyorot persoalan ketersediaan pangan untuk ketahanan ekonomi Indonesia untuk menghadapi tekanan ekonomi global.
Dia bilang, Pemerintah perlu mewaspadai ancaman krisis pangan global yang bisa berdampak pada harga pangan dalam negeri.
“Pemerintah perlu tetap waspada terkait dengan kondisi ketidakpastian global, terutama dalam konteks gejolak pangan karena tentu akan mempengaruhi pergerakan harga pangan juga di domestik,” timpalnya.
Yusuf menggarisbawahi pangan berkait erat dengan inflasi. Sekarang, harga pangan tercatat cukup tinggi dibanding tahun sebelumnya.
“Kalau kenaikan harga pangan terjadi, maka bukan tidak mungkin inflasi juga akan ikut meningkat atau bertahan pada level yang tinggi baik di tahun ini mau pun tahun depan,” pungkasnya.(rid)