Jumat, 22 November 2024

Ekonom Bilang Indonesia Cukup Jaga Perekonomian Domestik untuk Menghindari Krisis

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan

Piter Abdullah Redjalam Ekonom dari Segara Institute mengatakan, Pemerintah belum perlu menambah kebijakan untuk menghadapi gejolak perekonomian global.

Menurutnya, Indonesia masih aman dari ancaman krisis kalau Pemerintah mampu menjaga pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

“Pemerintah wajib menjaga perekonomian domestik supaya tidak terganggu. Karena, ekonomi domestik sedang mengalami pemulihan. Di tengah kondisi global, andalan Indonesia adalah permintaan domestik, pasar dalam negeri. Jangan sampai ada gangguan,” ujarnya di Jakarta, Selasa (22/11/2022).

Terkait pernyataan tegas Joko Widodo Presiden supaya para menteri berhati-hati dalam membuat kebijakan, menurutnya itu merupakan sebuah peringatan.

“Tidak ada pejabat yang mengatakan Indonesia akan mengalami resesi, kondisi yang suram. Namun, ada kesamaan pandangan Indonesia harus hati-hati. Kondisi global memang berat. Jadi, memang harus hati- hati karena bagaimana pun Indonesia bisa terdampak kalau tidak mengambil kebijakan yang tepat,” katanya.

Kemudian, Piter menilai aksi Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan 50 basis poin menjadi 5,25 persen adalah langkah yang tepat.

“Justru kenaikan suku bunga itu untuk meredam inflasi, bukan sekadar meredam pelemahan nilai tukar. Tapi, kenaikan suku bunga juga bisa meredam inflasi. Karena, artinya pengetatan demand, menurunkan demand, dalam rangka mengurangi tekanan inflasi,” tegasnya.

Dia melanjutkan, prospek ekonomi global akan melambat dan mempengaruhi Indonesia. Hal itu berulang kali disampaikan pejabat pemerintah, mulai dari Joko Widodo Presiden, Airlangga Hartarto Menko Perekonomian, dan Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan.

Perry Warjiyo Gubernur BI juga bilang, dunia menghadapi risiko yang bisa memunculkan gejolak ekonomi, baik di sisa tahun ini dan tahun depan.

“Kunci untuk menghadapi gejolak tersebut adalah sinergi dan koordinasi harus erat,” ucapnya di Jakarta.

Sementara itu, Nailul Huda Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) mengungkapkan, hal terpenting dalam menghadapi gejolak ekonomi global adalah sinergitas antara kebijakan moneter dan fiskal.

“Sinergitas kebijakan moneter dan fiskal penting dilakukan, mengingat memang kondisi resesi global semakin mendekati kenyataan,” terang Huda.

Menurut dia, instrumen kebijakan fiskal dan moneter juga patut difokuskan untuk menjaga inflasi pada titik keseimbangan.

“Keseimbangan inflasi menjadi penting di mana inflasi harus dijaga agar tidak terlampau tinggi dengan instrumen moneter dan fiskal,” tambahnya.

Huda menambahkan, dari sisi moneter, kenaikan suku bunga acuan memang dinilai bisa mengendalikan inflasi. Tapi, berdampak kepada perekonomian yang melambat.

Sedangkan dari sisi fiskal, instrumen stok barang harus dilakukan untuk mengendalikan harga komoditas dalam negeri.

Lebih lanjut, Huda menyebut BI sudah mengambil peran dengan menaikkan suku bunga. Sekarang tugas Pemerintah untuk menjalankan kebijakan fiskal.

“Makanya memang Pak Perry menekankan sinergi karena BI udah menaikkan suku bunga acuan berkali-kali. Sekarang giliran pemerintah selaku eksekutif yang memainkan peran dari sisi fiskal,” pungkasnya.(rid)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs