Jumat, 22 November 2024

Dolar Jatuh ke Level Terendah karena Spekulasi Kenaikan The Fed

Laporan oleh Dhafintya Noorca
Bagikan
Petugas menata tumpukan uang dolar AS di Cash Center Bank Mandiri, Jakarta, Rabu (18/4/2021). Bank Indonesia mencatat total utang luar negeri Indonesia per Februari 2018 berada pada posisi 356,23 miliar dolar AS atau naik 9,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Foto: Antara

Dolar AS dilaporkan tergelincir ke level terendah satu minggu terhadap berbagai mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), dari level tertinggi dua dekade pekan lalu. Ini karena para pedagang mengakhiri spekulasi mereka tentang seberapa agresif Federal Reserve (The Fed) untuk menaikkan suku bunga.

Pejabat Fed mengisyaratkan pada Jumat (15/7/2022) mereka kemungkinan akan tetap menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada pertemuan 26-27 Juli mendatang, meskipun data inflasi yang dirilis baru-baru ini menunjukkan angka yang tinggi sehingga kemungkinan kenaikan suku bunga ini, bisa lebih besar lagi.

“(Ini) pembalikan harga yang jelas dari minggu lalu setelah angka ekspektasi inflasi 5 tahun UMich memudar, dan setelah (Gubernur Fed Christopher) Waller memberikan keraguan signifikan pada kenaikan yang lebih besar,” kata Michael Brown, kepala intelijen pasar di Caxton di London, seperti dikutip dari Antara, Selasa (19/7/2022).

Pada Jumat (15/7/2022), survei awal konsumen Universitas Michigan bulan Juli menunjukkan konsumen melihat inflasi berjalan pada 2,8 persen selama lima tahun, terendah dalam setahun dan turun dari 3,1 persen pada Juni.

Pada Kamis (14/7/2022), Waller Gubernur Fed mengatakan dia mendukung kenaikan suku bunga 75 basis poin lagi bulan ini. Hal ini mendorong spekulasi pada kenaikan suku bunga 100 basis poin yang telah tumbuh setelah laporan Departemen Tenaga Kerja pada Rabu (13/7/2022) menunjukkan harga konsumen naik pada kecepatan tahunan 9,1 persen pada Juni.

Terhadap sejumlah mata uang utama lainnya, dolar turun 0,48 persen menjadi 107,32. Indeks ditutup pada tertinggi dua dekade di 108,65 pada Kamis (14/7/2022).

Beberapa pelemahan dolar pada Senin (18/7/2022) kemungkinan mencerminkan aksi ambil untung setelah reli yang kuat, kata Brown dari Caxton.

Euro, yang berada di bawah tekanan jual dalam beberapa sesi terakhir karena ketidakpastian tentang potensi krisis pasokan energi di zona euro, memangkas kenaikan setelah laporan Reuters bahwa Gazprom Rusia telah menyatakan force majeure pada pasokan gas ke Eropa ke Eropa, setidaknya satu pelanggan utama.

Euro terakhir naik 0,68 perseen pada 1,0158 dolar.

Dolar Selandia Baru naik 0,02 persen setelah data inflasi yang sangat tinggi memicu spekulasi kenaikan suku bunga yang lebih agresif, mendorong imbal hasil obligasi.

Dolar Australia, dilihat sebagai proksi likuid untuk selera risiko, naik 0,32 persen. Mata uang terkait komoditas juga mendapat dorongan setelah otoritas China mengisyaratkan dukungan untuk sektor properti, mengangkat harga bijih besi dan tembaga.

Dolar yang melemah mendongkrak penguatan pound Inggris 0,75 persen menjadi 1,1959 dolar, tetapi reli mata uang Inggris dibatasi oleh risiko politik dan kekhawatiran resesi yang terus-menerus di Inggris.

Di pasar mata uang kripto, bitcoin naik 4,57 persen menjadi 21.876,5 dolar AS, memperpanjang pemulihannya dari aksi jual selama berminggu-minggu yang membawanya di bawah level 20.000 dolar AS.(ant/dfn/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs