Dolar Amerika Serikat (AS), sebagai salah satu mata uang yang dinilai lebih aman saat ketidakpastian ekonomi, politik, ataupun geopolitik meningkat (safe-haven), menguat pada Selasa pagi.
Sementara Antara, Selasa (16/8/2022) pagi menyebutkan, mata uang yang sensitif terhadap komoditas, termasuk dolar Australia (Aussie) jatuh setelah serangkaian data ekonomi China yang mengecewakan dan mendorong kekhawatiran resesi global.
Output industri China, penjualan ritel, dan investasi aset tetap, semuanya jauh dari perkiraan analis dalam data yang diterbitkan pada Senin (15/8/2022), karena pemulihan dari penguncian Covid-19, goyah.
Komoditas termasuk bijih besi merosot, di tengah kekhawatiran tentang berkurangnya permintaan dari China yang merugikan mata uang akibat aset-aset tersebut, termasuk dolar Australia.
“Kekhawatiran tentang permintaan China untuk komoditas, pada margin itu mungkin mendorong sikap risk-off (penghindaran risiko),” kata Marc Chandler, kepala strategi pasar di Bannockburn Global Forex, New York.
Indeks dolar AS yang mengukur terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,79 persen menjadi 106,52. Sedangkan Euro turun 0,97 persen menjadi 1,0157 dolar.
Dolar Australia yang dipandang sebagai proksi untuk pertumbuhan global, jatuh 1,43 persen menjadi 0,7021 dolar AS, dan dolar Selandia Baru merosot 1,45 persen menjadi 0,6363 dolar AS.
Yuan di pasar luar negeri mencapai 6,8197, terlemah sejak 16 Mei, setelah bank sentral China memangkas suku bunga pinjaman utama dalam langkah untuk menghidupkan kembali permintaan.
Indeks dolar telah jatuh dari level tertinggi 20 tahun di 109,29 pada 14 Juli 2022, di tengah harapan bahwa Federal Reserve akan memperlambat laju kenaikan suku bunga yang agresif dan kenaikan inflasi terburuk mungkin telah berlalu.
Kekhawatiran bahwa pengetatan Fed akan mengirim ekonomi ke dalam resesi, juga telah mengirim imbal hasil obligasi pemerintah AS lebih rendah.
Namun, pejabat-pejabat Fed telah mempertahankan nada hawkish dan menekankan terlalu dini untuk menyatakan kemenangan atas inflasi.
“The Fed memberi tahu kami, bahwa mereka ingin memperketat kondisi keuangan dan pasar yang longgar, sehingga Fed harus mengarahkan poinnya dengan kenaikan suku bunga yang lebih besar,” kata Chandler.
Ia juga memperkirakan, bahwa bank sentral AS akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada pertemuan September 2022.
Menurut Chandler, data minggu ini, termasuk produksi industri pada Selasa (16/8/2022) dan penjualan ritel Rabu (17/8/2022) juga dapat membantu meredakan kekhawatiran bahwa AS berkontraksi lagi. (ant/des/rst)