Aktivitas pertumbuhan saham justru semakin berseri di masa pandemi, meski kapitalisasi pasar modal Indonesia baru mencapai sekitar 40 persen. Hal ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk memenuhi kapitalisasi agar bisa 100 persen seperti negara-negara lainnya.
“Ruang untuk pendalaman pasar keuangan bursa efek masih tersedia 60 persen lebih dari Produk Domestik Bruto (PDB). Karena PDBnya sekitar Rp 16 ribu triliun. Kita kapitalisasinya sudah mencapai Rp 9 ribu triliun sekian. Masih ada 60 persen itu yang jadi tantangan dan peluang bagi teman-teman BEI untuk bisa memenuhi seperti negara-negara lain bisa mencapai 100 persen,” kata Indah Kurnia Anggota Komisi XI DPR RI saat menghadiri peresmian gedung baru Kantor Perwakilan BEI Jatim di Jl. Kusuma Bangsa No.19 Surabaya, Senin (27/6/2022).
Indah Kurnia menegaskan akan sangat mendukung BEI sebagai salah satu sumber likuiditas, karena kesejahteraan Bangsa Indonesia juga bergantung dengan tingginya tingkat literasi keuangan.
“Bangsa ini dibangun dengan tiga tujuan bernegara, yaitu melindungi, mensejahterakan, dan mencerdaskan. Semakin tinggi literasi keuangannya, maka akan berdampak terhadap kesejahteraan bangsa,” imbuhnya.
Senada dengan pernyataan itu, Inarno Djajadi Direktur Utama BEI mengatakan, jika selama ini frekuensi transaksi saham di Indonesia per hari mencapai 1,4 juta lembar. Jumlah itu menjadi yang tertinggi se-Asia Tenggara. Meski demikian, dengan berdirinya Kantor Perwakilan BEI Jatim di Surabaya, ia tetap menargetkan peningkatan Emiten (pihak yang menerbitkan saham) di Surabaya sebanyak 10 persen dari yang ada.
“Capaian-capaian luar biasa setelah Bursa Efek Surabaya tidak ada, digabungkan dengan Bursa Efek Jakarta menjadi BEI. Sekarang, 42 Emiten di Surabaya. Meningkat kalau 10 persen dari yang ada sekitar 800 ya bisa 80,” kata Inarno.
Inarno juga memaparkan saat ini di Surabaya terdapat 1,173 juta investor, melesat jauh dari 10 tahunan lalu yang hanya di bawah 500 ribu. Kemudian ada juga 50 kantor anggota bursa, 42 perusahaan tercatat, serta 78 galeri investasi terdiri dari galeri konvensional, syariah, digital, dan edukasi.
Untuk mencapai target peningkatan Emiten tersebut, Hoesen selaku Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berpesan, agar edukasi dan sosialisasi gencar dilakukan terutama kepada perusahaan-perusahaan tertutup atau yang sahamnya tidak ditawarkan ke publik dan tidak terdaftar di bursa efek.
“Kegiatan edukasi pengusaha maupun perusahaan yang sekarang masih jadi perusahaan tertutup atau keluarga. Harapannya hampir semua perusahaan mengenal pasar modal. Bagaimana mereka bisa memanfaatkan dana publik untuk pengembangan perusahaannya,” kata Hoesen. (lta/bil/ipg)