Sabtu, 23 November 2024

Bank Mandiri: Kenaikan Bunga Fed Akan Pengaruhi Sektor Eksternal RI

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Logo bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat. Foto: Bloomberg

Faisal Rachman Ekonom Bank Mandiri mengatakan normalisasi moneter The Fed Bank Sentral Amerika Serikat (AS), yang lebih hawkish (kebijakan moneter yang cenderung kontraktif) terutama terkait kenaikan suku bunga yang akan mempengaruhi sektor eksternal Indonesia, khususnya pada arus pasar modal.

Seperti yang diharapkan, The Fed terus mengambil langkah yang lebih agresif dalam memerangi inflasi dalam beberapa pertemuan belakangan ini.

“Situasi tersebut telah meningkatkan risiko terhadap posisi cadangan devisa dan stabilitas nilai tukar rupiah,” kata Faisal dalam kajiannya yang diterima Antara, Kamis (28/7/2022).

Potensi tersebut, sambung dia, tetap ada meski kinerja ekspor cukup baik di tengah harga komoditas yang tinggi dan memungkinkan Indonesia untuk tetap menjalankan serangkaian surplus perdagangan yang besar.

The Fed terus menaikkan suku bunga kebijakan atau Fed Funds Rate (FFR) sebesar 75 basis poin (bps), dari 1,5 persen sampai 1,75 persen menjadi 2,25 persen hingga 2,5 persen pada pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) Juli 2022, yang mendorong biaya pinjaman ke level tertinggi sejak 2019 atau sebelum pandemi.

Langkah tersebut diambil dengan latar belakang pasar tenaga kerja yang sangat ketat dan inflasi yang terlalu tinggi.

Meski demikian, Faisal menuturkan, Otoritas AS menegaskan kembali bahwa kenaikan berkelanjutan dalam kisaran target untuk suku bunga akan sesuai untuk melanjutkan proses pengurangan ukuran neraca secara signifikan.

Indikator belanja dan produksi di Negeri Paman Sam baru-baru ini telah melunak dan inflasi tetap jauh di atas tujuan jangka panjang, yakni dua persen. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) berada di atas ekspektasi sebesar 9,1 persen pada Juni 2022, dengan perubahan pada inflasi inti sebesar 5,9 persen.

“Pertumbuhan belanja konsumen telah melambat secara signifikan, sebagian mencerminkan pendapatan riil yang dapat dibelanjakan dan kondisi keuangan yang lebih ketat. Investasi bisnis tetap juga terlihat menurun pada kuartal kedua,” katanya.

Terlepas dari perkembangannya, pasar tenaga kerja tetap sangat ketat, dengan tingkat pengangguran mendekati level terendah 50 tahun, lowongan pekerjaan mendekati level tertinggi dalam sejarah, dan pertumbuhan upah meningkat.

Dengan demikian, ia memperkirakan langkah Fed selanjutnya akan bergantung pada data. Selama beberapa bulan mendatang, Bank Sentral AS akan mencari bukti kuat bahwa inflasi bergerak turun, konsisten kembali ke level dua persen. (ant/bil/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
35o
Kurs