Dokter Nico Azhari Hidayat, CEO Medical Tourism Indonesia menyebut riset menunjukkan bahwa sebagian besar orang di Indonesia lebih memilih menggunakan layanan medis di Singapura. Malaysia, Korea, Eropa bahkan di Amerika. Bahkan berdasarkan riset, Indonesia menjadi penyumbang terbesar wisatawan medis yang berobat keluar negeri.
Bahkan menurutn IMTJ (International Medical Tourism Journal) setiap tahunnya kurang lebih ada sekitar 3 juta orang berobat keluar negeri dan mengeluarkan biaya kurang lebih Rp100 triliun dari seluruh Indonesia.
“Surabaya sebagai kota terbesar kedua, diperkirakan menyumbang sebesar Rp30 triliun rupiah. Ini membuktikan, banyak masyarakat kita sangat mampu ke luar negeri, misalnya saja uangnya dipakai berobat di Surabaya saja, akan berimbas ke wisata terutama UKM-nya pasti luar biasa,” kata dokter Nico, di acara Surabaya Medical Tourism – Launching Apps & Hybrid Webinar, Senin (27/9/2021).
Terkait medical tourism yang saat ini sedang di soft launching, dokter Nico mengatakan, sudah ada 17 rumah sakit di Surabaya yang telah menyetorkan data, dan akan terus bertambah misalnya klinik dan laborotarium untuk bergabung.
Kota Surabaya terpilih sebagai Pilot Project karena Surabaya mempunyai rumah sakit dan dokter yang tak kalah bersaing dengan rumah sakit di luar negeri.
“Selain itu ada dua kolaborator, yaitu Pemkot Surabaya dan Universitas Airlangga Surabaya yang menginisiasi sebagai Pilot Project Medical Tourism,” jelasnya.
Dokter Nico menegaskan bahwa Surabaya memiliki rumah sakit dengan tenaga yang profesional, namun sayangnya kurang gencar berpromosi tentang inovasi dan teknologi yang dimilikinya.
“Rumah sakit di Indonesia cenderung tidak ngoyo berpromosi dan hanya menunggu pasien, karena berprinsip kalau sakit pasti ke rumah sakit, mindset inilah yang harus dirubah. Jadi manajemen sebaiknya yang berpromosi, sedangkan dokter tidak karena terbentur etika profesi,” tegasnya. (man/ipg)