Apakah Anda termasuk penggemar minum jamu, atau sebaliknya? Sebagian keengganan orang minum jamu menyebut, karena alasan ribet. Kini sudah hadir, jamu praktis langsung minum, produksi Pesantren Sabilul Muttaqin Al Kholili Balongbendo Sidoarjo.
Di jaman sekarang ini, karena kesibukan seakan memberi jarak seseorang untuk meminum Jamu. Fakta itu jadi alasan Pondok Pesantren Sabilul Muttaqin Al Kholili, memproduksi Jamu Zamil.
Kata ustadzah Durrotun Niswah, pengelola Jamu Zamil, usahanya ini sudah ada sejak 2017. “Nama Zamil sendiri, merupakan perpaduan dari dua nama; Zaki dan Mila, tidak lain adalah cucu pemilik Pesantren Sabilul Muttaqiin Al Kholili,” jelasnya.
Tentang Jamu Zamil, “Jadi jamu Zamil ini ramuan rempah yang Kami olah dari rempah asli yang diambil dari para petani di daerah. Pencampuran rempah satu dengan yang lain kita padukan. Seperti Jahe dengan Serai, dengan Kapulaga. Atau Beraskencur dengan Jahe, yang diolah menjadi minuman. Jadi ramuan atau jamu yang mudah untuk diseduh dan disajikan. Lebih praktis agar konsumen mudah menikmati jamu rempah,” urai Ustadzah Niswah panjang.
Jamu Zamil ini, juga diproduksi Ustadzah Durrotun Niswah, yang juga alumni Pesantren Sabilul Muttaqiin Al Kholili. Selain bisa menjalankan usaha di Pesantren, melalui Jamu Zamil ini berharap bisa melestarikan budaya Indonesia, yaitu minum jamu.
“Harapan untuk usaha ini adalah semoga usaha ini semakin baik, berkembang dan lancar. Bisa memberi manfaat yang lebih luas bagi santri, kepada masyarakat sekitar, dan lebih luas lagi untuk Indonesia,” ungkapnya. Tentu agar makin suka menikmati ramuan-ramuan khas Indonesia, yang mungkin belakangan makin berkurang peminatnya.
Menurut Ustadzah Niswah, situasi belakangan di tengah kondisi serba khawatir akan terpapar virus Covid-19. “ Alhamdulillah, ternyata dengan hadirnya pandemi Covid-19 ini, masyarakat mulai sadar. Ternyata minum jamu itu penting, sehingga jamu-jamu tradisional sekarang terangkat popularitasnya,” terangnya senang.
Kedepan, Dia berharap bisa bekerjasama lagi dengan mitra-mitra bisnis lain yang lebih luas dan lebih besar, sehingga usaha pesantren bisa berkembang lebih luas lagi dan manfaatnya juga lebih luas. Harapnya, termasuk melalui program OPOP Jatim ini.
Jamu Zamil, kata Ustadzah Niswah yang juga Tahfidz Qur’an se-Asean ini, sudah dipasarkan melalui online, selain yang sudah dipasarkan di masyarakat sekitar. “Terlebih di masa pandemi ini, juga semakin rutin bisa dikonsumsi santri untuk menjaga daya tahan tubuh. Harga jamu Zamil untuk kemasan 250gram, di pasaran berkisar antara 35 sampai 45 ribu rupiah,” pungkasnya. (lim)