“Tinggal seduh tanpa ampas” ini jargon pilihan Arif Nurohman, pengurus Pesantren Darul Falah Ponorogo untuk produk mereka yang diberi merk Sari Toga.
Bisnis minuman serbuk herbal yang telah berjalan kurang lebih dua tahun terakhir ini punya enam varian yaitu jahe merah, jahe putih, temulawak, kunyit, kunyit putih dan beras kencur.
“Ini bentuknya serbuk tanpa ada ampasnya, langsung seduh ada gulanya langsung jadi,” kata Arif.
Semua produk Sari Toga diklaim tanpa pengawet dan murni menggunakan bahan dasar alami.
Perputaran bisnis minuman serbuk Sari Toga ini tidak lepas dari peran para santri di sana, karena mereka juga mendapat manfaat dari bisnis ini.
Para santri mengambil bagian dalam pengemasan hingga pemasaran produk.
“Perannya biasanya pengemasan dalam produk, aslinya dari Pulung dibawa ke Ponpes. Kita libatkan beberapa anak, baik dalam pengemasan maupun pemasarannya. Sementara kembalinya ke uang jajan, anak dapat uang jajan dan pengalaman penjualan ke wali santri ataupun pondok,” imbuhnya.
Naik turun dan tantangan dalam menjalankan usaha juga dihadapi oleh Pesantren Darul Falah. Arif mengatakan, bahan baku menjadi kendala, terutama di masa pandemi seperti sekarang. Sedangkan di musim tanam, ia juga kewalahan dalam mencari bahan.
“Karena waktu tanam bahan yang siap produksi otomatis berkurang,” jelas Arif.
Ia berharap produk Sari Toga dapat dipasarkan di luar Pondok Pesantren karena selama ini pemasaran produk untuk luar Ponpes, biasanya dibawa oleh Santri yang pulang dan ingin memasarkan di daerah masing-masing.
Santri yang menuntut ilmu di Pondok Pesantren Darul Falah, memang tidak hanya belajar mengaji saja. Akan tetapi juga diajari menjadi entrepreneur.
Ponpes Darul Falah punya penjurusan, tapi ala pesantren.
“Jadi anak-anak bisa beriwrausaha tapi mengenal pesantren. Mengenal pesantren dulu baru berwirausaha karena tidak semua yang keluar nanti akan berkecimpung di dunia pendidikan atau pondok pesantren mereka akan pulang dan berkembang di masyarakat sesuai dengan skil masing-masing tapi didasari ilmu pengetahuan podndok pesantren,” jelasnya.
Harga yang dibanderolkan untuk masing-masing varian berbeda. Untuk kunyit, temulawak dan kunyit putih Rp8.000 per 185 gram. Jahe merah Rp13.000 per 185 gram.
“Kalau untuk kencur lebih mahal lagi, yaitu Rp15.000 per 185 gram-nya. Semuanya tinggal seduh tanpa ampas,” kata Arif.
Sari Toga juga melayani reseller untuk pembelian dalam jumlah tertentu. Produk-produknya bisa dijumpai di media sosial Facebook Sari Toga.(dfn/lim)