Jumat, 22 November 2024

Peningkatan Ekonomi Peternak Sapi Warga Brabowan Blora Lewat Biobriket

Laporan oleh Chusnul Mubasyirin
Bagikan
Prof. Dr. R.Y. Perry Burhan, M.Sc, Direktur PEM Akamigas (dua dari kanan), menyerahkan mesin cetak biobriket ke Kepala Desa Brabowan, Sambong, Blora, Jawa Tengah, Jumat (12/112021). Foto: Istimewa

Desa Brabowan, Kec. Sambong, Blora Jawa Tengah, seluas 533,7 hektare, dihuni oleh 2.527 penduduk. Mayoritas warganya berprofesi sebagai petani, buruh tani dan peternak. Salah satu hewan ternak utama warga adalah sapi, yang jumlahnya mencapai kurang lebih 426 ekor.

Sapi-sapi ternak itu menghasilkan sumber daging dan susu yang cukup melimpah. Namun, hewan ternak mereka juga menghasilkan kotoran sangat banyak, dan belum termanfaatkan secara optimal. Kotoran yang menumpuk itu menyebabkan persoalan lingkungan jika tidak dimanfaatkan secara optimal.

Karena itulah, Politeknik Energi dan Mineral (PEM) Akamigas hadir untuk memecahkan persoalan, memanfaatkan kotoran sapi menjadi biobriket sebagai sumber energi alternatif untuk peningkatan ekonomi peternak sapi.

“Kita ingin membantu mengubah persoalan menjadi peluang potensi dari kotoran sapi. Salah satu solusinya, dengan membuatnya menjadi biobriket,” kata Prof. Dr. R.Y. Perry Burhan, M.Sc, Direktur PEM Akamigas.

Setelah dilakukan penelitian dan rangkaian uji coba, produk biobriket siap dipakai. Dibuat dengan pencampuran berbagai biomassa, diolah dan dikeringkan, menggunakan teknologi sederhana.

Rangkaian proses itu, lalu disosialisasikan ke warga Brabowan, menandai dimulainya pengabdian masyarakat mahasiswa dan dosen PEM Akamigas, bekerjasama dengan Institut Teknologi 10 Nopember (ITS) Surabaya.

Selain Prof Perry sebagai ketua, pengabdian masyarakat ini juga didukung para ahli di antaranya Dr. Pusparatu dan Thommy A. Sandhy, MT., (dosen PEM Akamigas) dan Dr. Yulfi Zetra, M.Si; Dr. Triyanda Gunawan, S.Si.; Suprapto, Ph.D., Dr. Ir. Endah Mutiara M.P., M.Si.; dan Zjahra Vianita Nugraheni, S.Si., M.Si.

Sementara dari unsur mahasiswa, ada Nisrina Adibah, Anisa Harukasari Herdiamurti, Annisa Ardiyanti, Salsabila Rizky Ramadhanty, Safara Nuansa Bening Kusuma Mewangi, Mega Kurnia, Laras Ataina Saffanah, Nabilla Damayanti, Kristina Wahyu Wijaya, dan Marchelina permatasari Widodo.

Di antara sekitar 50 orang peserta, sebagian besar ibu rumah tangga dan milenial, termasuk jajaran pejabat kecamatan, kelurahan hingga RT/RW, tampak antusias mengikuti semua proses pembuatan biobriket dari bahan kotoran sapi, hingga menghasilkan produk jadi.

“Melihat antusiasme warga, sungguh membanggakan. Itu bisa jadi awal yang baik untuk proses ke depannya. Kita ingin pembuatan biobriket ini berkelanjutan, dan diproduksi massal, sehingga bisa menjadi produk bernilai ekonomi tinggi dan menopang penghasilan warga,” katanya.

Kalau bisa begitu, warga Brabowan akan memiliki keuntungan ganda: hasil dari beternak serta dari pemanfaatan limbah peternakan berupa biobriket. Apalagi kalau bisa menjadi industri rumahan dan mampu memasarkannya lebih luas, pendapatan warga tentu akan semakin berlipat.

Pelatihan yang diberikan mahasiswa dan dosen PEM Akamigas pun meliputi banyak hal. Mulai dari pengetahuan umum tentang cara pengolahan kotoran sapi menjadi biobriket, proses pembuatannya, pengeringan hingga menjadi produk siap pakai dalam bentuk cetakan.

Selain itu, juga diberikan pelatihan bagaimana memasarkan produk yang dihasilkan. Untuk menunjang semua proses pembuatan, pihak PEM Akamigas menghibahkan mesin pengolahdan dan pencetakan.

Setelah memberikan pelatihan, pihak PEM Akamigas secara periodik akan melakukan pendampingan, supaya program berjalan sesuai rencana. Menurut Prof Perry, pendampingan akan berlangsung terus, bahkan sampai setahun sesuai kalender akademik. (cus/dfn/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs