Jumat, 22 November 2024

Penduduk Miskin di Indonesia Naik Menjadi 10,19 Persen Selama Pandemi

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Suhariyanto Kepala BPS. Foto: Antara

Badan Pusat Statistik (BPS) mendata, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 10,19 persen pada September 2020. Naik 0,97 persen dibandingkan periode yang sama 2019 yang hanya 9,22 persen.

Catatan BPS, jumlah penduduk miskin pada September 2020 mencapai 27,55 juta jiwa. Meningkat 1,13 juta orang dibandingkan Maret 2020, dan bertambah 2,76 juta orang dibandingkan September 2019.

Suhariyanto Kepala BPS menjelaskan, survei kemiskinan ini dihitung berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional yang dilakukan BPS sebanyak dua kali dalam setahun. Yakni pada Maret dan September 2020 lalu.

“September lalu, ada kendala pendataan. Pencacahan untuk setiap kapita itu bisa memakan waktu tiga jam. Untuk menghindari kontak fisik kami sederhanakan pertanyaannya,” ujarnya dalam keterangan pers yang dipantau secara virtual melalui Aplikasi Zoom, Senin (15/2/2021).

Dalam survei terkait kemiskinan ini, BPS telah menjangkau 67.280 rumah tangga sebagai sampel survei. Jumlah itu sekitar 90,1 persen jumlah rumah tangga pada Maret 2020 sebanyak 74.672 rumah tangga.

Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi peningkatan jumlah penduduk miskin di Indonesia. Terutama karena Pandemi Covid-19 yang berdampak pada banyak hal, termasuk aktivitas ekonomi dan pendapatan penduduk.

“Pandemi Covid-19 menghantam seluruh lapisan masyarakat. Baik lapisan atas maupun bawah. Berdampak lebih dalam pada lapisan masyarakat bawah. Hasil survei kami, 7 dari 10 responden mengaku pendapatannya turun,” ujar Suhariyanto

Tidak hanya itu. Pada triwulan ketiga 2020 lalu, pertumbuhan ekonomi Indonesia menurut catatan BPS, mengalami kontraksi yang belum pernah terjadi sejak krisis ekonomi yang terjadi pada 1998 silam.

Kenaikan harga bahan kebutuhan selama Maret 2020, kata dia, juga berpengaruh pada jumlah penduduk miskin. Sejumlah barang yang mengalami kenaikan harga antara lain daging sapi, susu kental manis, minyak goreng, tepung terigu, dan ikan kembung.

Faktor utama lain yang menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah penduduk miskin adalah naiknya tingkat pengangguran terbuka (TPT) secara nasional menjadi 7,07 persen pada Agustus 2020.

“Terjadi kenaikan sebesar 1,84 persen poin dibandingkan dengan Agustus 2019 yang mana TPT pada saat itu sebesar 5,23 persen,” katanya.

Secara total, BPS mendata, sebanyak 29,12 juta penduduk usia kerja atau sekitar 14,28 persen dari total jumlah penduduk usia kerja yang ada di Indonesia terdampak Pandemi Covid-19.

Dari total pekerja yang terdampak itu, sebanyak 2,56 juta di antaranya menjadi pengangguran pada Agustus tahun lalu. Sedangkan sebanyak 1,77 juta penduduk di antaranya untuk sementara tidak bekerja.

Lainnya, ada sebanyak 24,03 juta penduduk bekerja dengan pengurangan jam kerja (menjadi pekerja setengah penanggur) dan 760 ribu penduduk lainnya menjadi bukan angkatan kerja.

Terkait penduduk yang bekerja dengan pengurangan jam kerja, implikasinya pada peningkatan persentase pekerja setengah penganggur. Pada Agustus 2020 jumlahnya jadi 10,19 persen, naik 3,77 persen poin dari agustus 2019 yang hanya 6,42 persen.

Suhariyanto Kepala BPS menyimpulkan, kenaikan jumlah penduduk miskin di Indonesia memang terjadi. Tapi peningkatan jumlahnya tidak seperti yang diprediksi oleh berbagai pihak.

“Beberapa waktu lalu World Bank mengeluarkan laporan yang cukup bagus. Kalau di Indonesia tidak ada bantuan sosial selama Pandemi, kemiskinan di Indonesia bisa mengalami peningkatan mencapai 10,7 persen poin, ini tidak terjadi karena pemerintah sudah menyalurkan banyak program bantuan kepada masyarakat,” ujarnya.(den/tin/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs