Jumat, 22 November 2024

Pemerintah Dorong Upaya Eksplorasi untuk Industri Migas Indonesia

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Nanang Abdul Manaf Tenaga Ahli Komisi Pengawas SKKMigas dalam acara webinar, Senin (22/2/2021). Foto: Tangkapan layar

Pemerintah Indonesia berupaya beralih dari energi fosil menuju energi terbarukan dalam waktu 5 – 10 tahun ke depan. Beberapa perusahaan energi besar dunia juga sudah melakukan langkah transisi untuk masuk ke green energy. Meski demikian, kegiatan eksplorasi hulu migas masih perlu dilakukan.

Nanang Abdul Manaf, Tenaga Ahli Komisi Pengawas SKKMigas memprakirakan, sampai tahun 2030 pemakaian energi fosil dalam bauran energi masih dominan, yaitu sekitar 40 persen, dan di tahun 2050 sekitar 36 persen.

“Itu menunjukkan bahwa kebutuhan akan energi fosil masih dominan dan butuh upaya yang luar biasa untuk memenuhi kebutuhan tersebut,” kata Nanang dalam keterangan tertulis yang diterima suarasurabaya.net, Selasa (23/2/2021).

Lebih lanjut, Nanang menjelaskan bahwa eksplorasi itu penting karena setiap barel produksi minyak, dimulai dari satu new field wildcat well. “Tanpa eksplorasi jangan berharap ada cadangan migas baru,” ujarnya.

Disadari atau tidak, kata Nanang, Easy Oil Era sudah habis. Kini industri hulu migas dihadapkan dengan tantangan antara lain, produksi migas yang terus turun, area eksplorasi berada di frontier area, waktu komersialisasi penemuan eksplorasi terlalu lama, investor kurang tertarik untuk eksplorasi di Indonesia, dan perlu upaya breakthrough untuk mempermudah investasi.

Investasi migas untuk eksplorasi membutuhkan biaya sangat besar. Bisa mencapai triliunan rupiah. Maka dari itu perlu fiscal terms yang aktraktif, regulasi, dan politik yang stabil.

“Saat ini Indonesia memiliki basin atau cekungan potensi migas sebanyak 128. Sebanyak 20 basin sudah berproduksi, 27 basin di bor dengan penemuan, kemudian 13 basin di bor tanpa penemuan dan sisanya 68 basin belum dieksplorasi,” ujar Nanang Abdul Manaf.

Tantangan eksplorasi sangat besar karena 70 persen cadangan migas berada di wilayah perairan. Salah satunya biaya yang dibutuhkan mencapai 80 – 100 Juta USD dan tingkat pengembalian atau IRR rendah serta periode eksplorasi pendek.

Belum lagi lead time atau waktu dari discovery ke produksi pertama di Indonesia antara 8 – 26 tahun tergantung dari jenis lapangannya. Rata-rata Lead Time Indonesia sekitar 10,5 tahun.

“Kondisi tersebut mempengaruhi keputusan investor untuk melakukan eksplorasi di Indonesia”, kata Nanang.

Iklim investasi migas Indonesia menduduki peringkat terendah di antara negara asean. Maka dari itu, Kementerian ESDM menyiapkan strategi untuk meningkatkan daya tarik investasi eksplorasi migas, antara lain dengan meningkatkan prospektivitas eksplorasi Migas, meningkatkan iklim investasi melalui pendekatan fiskal, kepastian regulasi, dan stabilitas politik dan keamanan.

“Dengan strategi tersebut diharapkan Indonesia bisa keluar dari situasi kritis untuk peningkatan investasi untuk memenuhi gap kebutuhan energi Indonesia di tengah fase transisi energi menuju era green energy,” pungkas Nanang.

Sementara itu, sebagai salah satu perusahaan kontraktor kontrak kerja sama yang mengupayakan energi fosil, Pertamina EP Asset 4 menyatakan akan tetap berupaya memenuhi kebutuhan energi nasional. Salah satu caranya dengan tetap melakukan aktivitas eksplorasi guna menjaga ketersediaan energi hingga puluhan tahun ke depan.

“Kami di Pertamina EP tetap optimis untuk ketersediaan energi Indonesia, dan kami komitmen untuk terus melakukan eksplorasi, salah satunya yang sedang disiapkan sumur Eksplorasi Kasuari Emas di wilayah Kabupaten Bojonegoro,” ujar Deddy Syam, Asset 4 General Manager PT Pertamina EP.

Deddy juga menambahkan bahwa melalui kegiatan eksplorasi tersebut membuahkan hasil temuan cadangan yang besar sehingga dapat memperpanjang masa energi fosil di Indonesia.

“Dengan aktivitas eksplorasi, kami berharap pertamina akan sustain dan terus beroperasi memenuhi kebutuhan energi di Indonesia,” kata Deddy.(iss/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs