Hari Ibu jatuh pada 22 Desember 2021 ini. Tidak sedikit kisah perjuangan para ibu, para perempuan, dalam kehidupan yang serba fana ini. Beberapa di antaranya datang dari sejumlah driver Grab.
Sosok pekerja keras melekat pada sosok Tri Desi AN Br Pandiangan atau yang akrab disapa Bunda Dea. Sejak 2014, dia harus bisa berbagi peran sebagai seorang ibu sekaligus ‘ayah’ bagi keempat anaknya.
Sempat menekuni profesi sebagai guru TK di Cilacap dan Surabaya, Dea kini fokus menjadi sopir ojek online di Kota Pahlawan demi menafkahi keluarganya.
Pasca ditinggal suami, Dea memutuskan untuk menetap di Surabaya dan menjadi guru homeschooling TK.
“Saya sempat mengikuti pelatihan dari yayasan untuk mendapatkan sertifikat bukti layak mengajar. Namun semua hanya berjalan 6 bulan saja, saya memutuskan untuk berhenti karena saat itu penghasilan yang didapatkan sebagai guru TK tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama keempat anak saya,” ujarnya.
Dia pun akhirnya memutuskan bekerja sebagai sales multi level marketing dan kemudian memutuskan untuk bergabung menjadi mitra pengemudi GrabBike pada Februari 2019 hingga sekarang.
Menjadi orang tua tunggal tidak lantas membuat Dea menyerah pada keadaan, tapi justru memacunya untuk tetap semangat menjalani profesi sebagai mitra pengemudi GrabBike.
Keberadaan anak-anaknya selalu memotivasi dirinya bekerja. Di samping itu, menjadi mitra pengemudi GrabBike memudahkan Dea untuk memperhatikan perkembangan pendidikan keempat anaknya.
“Selama dua tahun, pendapatan harian saya mengalami peningkatan sehingga bisa menafkahi keluarga, bahkan dapat memberikan pendidikan yang terbaik bagi keempat anak saya. Walaupun biayanya tidak murah, tapi saya memilih sekolah terbaik agar anak-anak saya bisa mengembangkan talentanya,” ujarnya.
Dengan menjadi mitra pengemudi GrabBike, Dea berharap dapat terus memberikan pendidikan terbaik bagi putranya terutama anak bungsunya yang saat ini masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA).
“Saya percaya, kecerdasan anak itu tidak hanya bisa dilihat dari nilai akademis saja tapi bisa melalui kecerdasan non akademik. Sehingga nantinya mereka dapat tumbuh menjadi pribadi yang baik dan bisa menggapai cita-citanya,” ujarnya.
Sementara itu, bagi Corry TM Lumbantoruan usia yang tak lagi muda bukan hambatan untuk tetap produktif. Sebagai pensiunan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Corry yang berusia 62 tahun ini tetap semangat.
Setiap hari dia jalani profesi sebagai mitra pengemudi GrabCar di Medan. “Karena sudah terbiasa bekerja setiap hari, jadi saya sempat kebingungan saat tidak ada aktivitas rutin selepas pensiun,” ujarnya.
Dia sempat berdiskusi dengan almarhum suaminya untuk mencari pekerjaan lain. Karena dia sudah terbiasa menyetir kendaraan sendiri, dia memutuskan untuk bergabung jadi mitra pengemudi GrabCar.
“Syukurlah keputusan ini pun disetujui oleh suami saat itu,” ujarnya.
Dengan menjadi mitra pengemudi GrabCar, Corry bisa dapat penghasilan tambahan untuk membantu perekonomian keluarga. Apalagi, saat itu, suaminya tengah sakit keras dan harus berobat rutin.
Selain itu, penghasilannya juga dia gunakan untuk membiayai pendidikan putrinya yang kala itu masih kuliah di salah satu perguruan tinggi di Bandung.
Dalam menjalankan profesi sehari-harinya sebagai pengemudi taksi online, Corry juga dapat banyak pengalaman dan hal menarik saat melayani penumpang.
Dia pun membagikan pesan bagi para mitra pengemudi perempuan lainnya, agar tetap semangat dan selalu berpikir positif.
“Meski usia saya saat ini sudah tidak muda, semangat saya masih seperti anak muda yang berusia 26 tahun. Pesan saya, khususnya untuk para sopir taksi online perempuan seperti saya, baik yang ibu rumah tangga maupun orang tua tunggal tetap semangat dan jangan hanya berdiam diri saja,” katanya.
Dia menyerukan, sebagai perempuan, dia dan perempatan lain bisa melakukan pekerjaan sesuai kemampuan dan keahlian yang dimiliki. Sudah saatnya bagi para perempuan, kata dia, turut mendukung perekonomian keluarga.(den)