Sabtu, 23 November 2024

Khofifah: Investasi di Jatim Makin Mudah dan Menguntungkan

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jawa Timur. Foto: Instagram @khofifah.ip

Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jawa Timur menyatakan, Jawa Timur semakin memiliki daya tarik bagi investor untuk menanamkan modalnya.

Salah satu faktor pendukungnya adalah Incremental Capital-Output Ratio (ICOR) Jatim yang rendah.

Menurutnya, Jatim punya ICOR yang selalu lebih rendah (5,27) dibanding ICOR rata-rata nasional (6,81) dan beberapa daerah lain seperti DKI Jakarta (7,57), Banten (5,81), dan Jawa Tengah (5,83).

“Ini menunjukkan bahwa berinvestasi di Jatim lebih efisien daripada rata-rata berinvestasi di Indonesia,” kata Khofifah usai rakor virtual di bidang investasi, Sabtu (23/1/2021).

ICOR adalah parameter ekonomi makro yang menggambarkan rasio investasi kapital terhadap hasil yang diperoleh melalui investasi itu.

Besaran ICOR adalah proxy efisiensi sebuah perekonomian. Semakin rendah nilai ICOR, itu berarti semakin tinggi produktivitas kapital di sebuah daerah.

Dia menjelaskan, pada 2019 lalu, ICOR Jatim sebesar 5,25 sedangkan rata-rata nasional 6,87.

“Untuk meningkatkan 1 unit output di Jawa Timur, perlu investasi fisik sebesar 5,25. Jelas, Jatim menawarkan efisiensi lebih tinggi dan menjanjikan imbal balik lebih menguntungkan,” ujarnya.

Dalam rentang lima tahun terakhir, realisasi investasi Jatim mengalami dinamika. Dua tahun terakhir sejak Khofifah memimpin, dia mengeklaim realisasi investasi terdongkrak.

Dua tahun sebelumnya, kata Khofifah, realisasi investasi di Jatim sempat mengalami perlambatan.

Bahkan, pada Januari-September 2020, menurutnya realisasi investasi Jatim melampaui capaian tahun lalu. Yakni mencapai Rp66,5 triliun. Sedangkan di tahun 2019 sebesar Rp58,4 triliun.

“Dari sisi pertumbuhan, total investasi Jatim naik 42,1 persen. Ini adalah yang tertinggi di Jawa, yang sebagian besar justru tumbuh negatif,” kata Khofifah.

Investasi Jatim ditopang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Khofifah mengakui, PMDN memang menjadi backbone investasi di Jatim.

“Realisasi PMDN kita selalu yang tertinggi dibanding provinsi-provinsi lain,” tuturnya.

Pada periode yang sama, tiga sektor unggulan PMDN di Jatim meliputi sektor Transportasi, Gudang, dan Telekomunikasi (Rp 23,34 triliun).

Kemudian sektor Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran Rp4,37 triliun, serta sektor Industri Makanan Rp3,68 triliun yang tersebar di sejumlah wilayah.

Di antaranya di Kota Surabaya, Kabupaten Gresik, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, serta sejumlah lokasi lainnya.

Khofifah juga mengungkapkan, pada 2018 lalu Asia Competitiveness Institute-Lee Kuan Yew School of Public Policy (Singapura) merilis hasil risetnya.

Jawa Timur menjadi provinsi terbaik pertama dalam aspek tingkat kemudahan berbisnis di Indonesia. Sedangkan dalam aspek daya saing provinsi, Jatim menduduki peringkat kedua setelah DKI Jakarta.

Dari sisi regulasi, Jatim juga sedang berbenah seiring spirit kemudahan berusaha melalui penyederhanaan perizinan yang dikandung oleh UU Cipta Kerja.

Gubernur Jatim telah menerbitkan Peraturan Gubernur No 69 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.

“Kami ingin pastikan perizinan di Jatim mengedepankan transparansi, kepastian waktu, bebas korupsi, serta mengutamakan kepuasan pemohon izin. Pelaku usaha mengurus izin di Jatim semakin mudah, cukup online lewat aplikasi JOSS,” ujarnya.

Jatim Online Single Submission (JOSS) adalah inovasi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM PTSP) Provinsi Jawa Timur.

DPM PTSP melayani 18 sektor perizinan serta terintegrasi dengan aplikasi helpdesk yang memberikan layanan konsultasi dan pengaduan pemohon izin.

“Dengan segenap keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif di Jatim, saya sampaikan kepada para investor baik asing maupun dalam negeri, ayo berinvestasi di Jatim, karena pasti lebih mudah, efisien dan menguntungkan,” katanya.(den/iss/lim)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs