Sabtu, 23 November 2024

Kata Jokowi, Investor Inggris Siap Tanamkan 9,2 Miliar Dollar AS di Indonesia

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan
Joko Widodo Presiden RI, Senin (1/11/2021), melakukan pertemuan bilateral dengan Boris Johnson Perdana Menteri Inggris, di sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pemimpin Dunia COP26, di Glasgow, Skotlandia. Foto: Biro Pers Setpres

Joko Widodo Presiden RI, Senin (1/11/2021), mengadakan pertemuan dengan beberapa pemimpin perusahaan dan investor besar asal Inggris, di Glasgow, Skotlandia, sebelum KTT tentang Perubahan Iklim Global (COP26).

Para pemimpin perusahaan yang hadir antara lain bergerak di bidang renewable energy, sustainable commodities dan keuangan, serta infrastruktur, seperti British Petroleum (BP), Jardine Matheson, Mars Wrigley UK, Standard Chartered, HSBC, dan Shire Oak.

Dalam pertemuan itu, Jokowi Presiden menekankan pembahasan pada investasi di bidang ekonomi hijau.

“Beberapa hari lalu saya sudah menandatangani Peraturan Presiden mengenai instrumen nilai ekonomi karbon yang akan mengatur mekanisme carbon trading ke depan. Selain mengurangi emisi gas rumah kaca, langkah itu juga meningkatkan pendanaan pembangunan,” ujarnya.

Menurut Jokowi, pasar karbon harus dikelola dengan berkeadilan dan transparan. Kebijakan pengendalian perubahan iklim Indonesia juga mencakup transisi menuju green economy.

Kemudian, di sektor energi, Indonesia membuka peluang investasi untuk melakukan early retirement dari pembangkit-pembangkit listrik tenaga batubara, dan menngganti dengan energi terbarukan.

Pemerintah Indonesia, sambung Jokowi, mengidentifikasi ada 5,5 GW PLTU Batubara yang bisa masuk dalam proyek baru dengan kebutuhan pendanaan sebesar 25-30 miliar Dollar AS selama delapan tahun ke depan.

Indonesia akan mengalihkan pembangkit batubara dengan renewable energy pada tahun 2040, dengan catatan ada kerja sama, teknologi, nilai keekonomian yang layak, dan pendanaan internasional yang membantu transisi energi tersebut.

Lebih lanjut, Jokowi juga menjelaskan Indonesia memiliki potensi pengembangan kendaraan dan baterai listrik, karena punya kekayaan mineral seperti nikel, tembaga dan bauksit/alumunium.

Sekarang, ada 35 miliar Dollar AS investasi yang sudah berkomitmen dan sedang berjalan dalam mata rantai baterai dan kendaraan listrik.

Kemudian, Indonesia juga sedang membangun Green Industrial Park di Kalimantan Utara seluas 13 ribu hektare yang akan menggunakan sumber energi ramah lingkungan seperti hydropower dan solar panel farm. Sehingga, produk yang dihasilkan ramah lingkungan.

Dengan adanya pertemuan dengan CEO itu, Jokowi berharap bisa mengakselerasi realisasi komitmen investasi perusahaan yang hadir dalam pertemuan mencapai 9,29 miliar Dollar AS untuk mendukung percepatan transisi energi dan ekonomi hijau di Indonesia.

“Sekali lagi, Indonesia selalu jalankan komitmennya. Indonesia tidak suka membuat retorika. Tapi kami terus bekerja untuk memenuhi komitmen. Sebagai penutup, saya ingin menyampaikan apresiasi komitmen investasi bapak ibu sekalian ke Indonesia sebesar 9,29 miliar Dollar AS. Indonesia siap menjadi mitra yang baik bagi investasi Anda,” kata Presiden.

Mendengarkan penjelasan Jokowi Presiden, para CEO sepakat Indonesia adalah tempat yang menarik untuk berinvestasi dan juga mendukung kepemimpinan Indonesia di G20.

“Indonesia telah menjadi destinasi yang sangat atraktif bagi (investasi asing) Foreign Direct Investment. Kita percaya Indonesia akan terus menarik investasi dari seluruh dunia,” ucap seorang CEO yang hadir.

Turut mendampingi Presiden dalam pertemuan tersebut antara lain Airlangga Hartarto Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Luhut Binsar Pandjaitan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Retno Marsudi Menteri Luar Negeri.

Kemudian, Siti Nurbaya Bakar Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Erick Thohir Menteri BUMN, dan Desra Percaya Duta Besar RI untuk Inggris, merangkap Irlandia dan International Maritime Organization, dan Arsjad Rasjid Ketua Umum KADIN Indonesia.(rid/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs