Sabtu, 23 November 2024

Harga Porang Anjlok, Petani di Madiun Putar Otak

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Chips Porang. Foto: Badan Karantina Pertanian

Sejumlah petani porang di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, menjual hasil panennya dalam bentuk chips atau kering ke pengepul demi mendapatkan keuntungaan yang lebih besar.

Nur Kolis, salah satu petani porang di Desa Banjarsari Wetan, Kecamatan Dagangan, mengatakan pilihan menjual porang dalam bentuk chips itu dia lakukan menyusul anjloknya harga panen umbi porang yang kini hanya berkisar Rp6.500 hingga Rp7.000 per kilogram.

“Harga panen umbi porang sebelumnya mencapai Rp10.000 per kilogram. Sekarang ini turun ke harga Rp7.000 per kilogram,” ujar Kolis di Madiun, Sabtu (28/8/2021), seperti dilaporkan Antara.

Menurutnya, dengan mengolah hasil panen porang menjadi chips harga jualnya tergolong tinggi dan stabil, yakni mencapai kisaran Rp40.000 hingga Rp55.000 per kilogram. Sehingga dia bisa mendapat laba lebih banyak.

Untuk membuat chips porang, umbi porang yang sudah dipanen diiris tipis-tipis berukuran sekitar 1 sentimeter dengan alat khusus. Setelah itu, irisan porang itu dijemur selama beberapa hari sampai kering.

Setelah kering sempurna, chips porang siap dijual ke pengepul untuk disetor ke pabrik dan diolah menjadi tepung porang. Kolis menjelaskan, untuk menekan biaya tanam porang berikutnya, pihaknya juga memilih bibit spora yang lebih murah daripada bibit dari katak (bulbil) ataupun umbi.

“Memang proses tanam agak lama dibandingkan dengan menanam porang dari benih katak ataupun umbi. Namun, dari segi harga lebih hemat. Terlebih di saat harga umbi porang panen sedang anjlok,” kata dia.

Untuk harga satu kilogram bibit hasil spora mencapai Rp650 ribu. Perkiraannya bibit spora mampu menghasilkan bibit porang sekitar 6.500 biji. Sedangkan bibit katak, untuk satu kilogram berkisar Rp150 ribu sampai Rp300 ribu dengan isi sekitar 200 katak ukuran sedang.

Sementara harga bibit porang dari umbi berkisar antara Rp25 ribu hingga Rp35 ribu per kilogram dengan isi sekitar empat hingga lima umbi tergantung ukuran umbi.

Nur Kolis berharap, harga jual umbi porang saat panen tidak semakin turun. Sehingga petani tidak merugi akibat hasil panen yang tidak sebanding dengan modal dan biaya operasional tanam.

Sekadar mengingatkan, saat berkunjung ke Madiun beberapa waktu lalu, Joko Widodo Presiden mendorong agar umbi porang bisa menjadi komoditas ekspor andalan Indonesia. Dia bahkan menyampaikan kepada Menteri Pertanian agar betul-betul menyeriusi komoditas porang.

Presiden menyatakan, Porang bisa memberikan nilai tambah ekonomi yang baik. Bukan cuma untuk perusahaan pengolah Porang, tetapi juga untuk para petani Porang.

Demi menambah keyakinan tentang potensi porang, Presiden menyampaikan data bahwa untuk satu hektare lahan saja porang yang dihasilkan bisa mencapai 15 sampai 20 ton. Bahkan pada musim tanam pertama, menurut presiden, petani bisa dapat keuntungan hingga Rp40 juta dalam waktu delapan bulan.

Nilai keuntungan yang besar itulah yang membuat Joko Widodo yakin porang bisa menjadi komoditas ekspor andalan Indonesia. Apalagi, menurutnya, peluang pasar porang sampai sekarang masih masih terbuka lebar.

Di Madiun, porang telah menjadi komoditas primadona untuk ekspor ke Jepang, China, dan sejumlah negara lainnya sebelum kunjungan Joko Widodo. Porang-porang itu diekspor dalam bentuk olahan chips (irisan tipis) kering dengan harga sekitar Rp55.000 per kilogram.

Sementara bila porang itu diekspor dalam bentuk tepung, yang nilai jualnya bahkan bisa berkali lipat lebih menguntungnkan. Bisa mencapai Rp100.000 sampai Rp150.000 per kilogram.

Karena keuntungan yang menggiurkan itulah, juga karena kebutuhan modal yang tergolong ekonomis, warga Kabupaten Madiun yang menanam porang semakin bertambah. Itu bisa dilihat dari tren kenaikan luas lahan selama lima tahun terakhir.

Sesuai data Dinas Pertanian setempat, pada 2016 lalu hanya ada 1.484 hektare lahan porang. Setahun kemudian bertambah menjadi 1.536 hektare dan pada 2018 lalu mencapai 1.568 hektare.

Lalu pada 2019 lalu, luas lahan porang mengalami lonjakan drastis menjadi 3.465 hektare. Tren ini terus bertambah sampai pada 2020 kemarin luasan lahan porang menjadi 5.363 hektare, dan tidak tertutup kemungkinan akan terus bertambah.

Sentra budi daya porang juga telah dikembangkan di 10 kecamatan dari sebelumnya hanya beberapa kecamatan saja. Antara lain di Kecamatan Saradan, Kare, Dolopo, Dagangan, Mejayan, Gemarang, Wungu, Wonoasri, Pilangkenceng, dan Kecaamtan Madiun.(ant/iss/den)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs