Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur bergerak cepat untuk menyosialisasikan keberadaan Export Center Surabaya (ECS). Dalam tahap awal sosialisasi, dilakukan secara offline dan online di Graha Kadin Jatim, Selasa (23/3/2021) yang juga dihadiri oleh Kadin Kabupaten Kota se Jatim, perwakilan Kadin Bali, NTT, NTB dan seluruh Kadin Kalimantan serta pelaku UMKM.
Seperti diketahui, pendirian pilot project ECS oleh Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan bersama Kadin Jatim ini memilki wilayah kerja Jatim, Bali, NTT, NTB dan seluruh Kalimantan. Lembaga ini didirikan dengan tujuan peningkatan kinerja ekspor dalam negeri, khususnya UMKM dalam rangka mendukung program pemulihan ekonomi nasional akibat Covid-19.
Tommy Kaihatu Kepala Pengelola Export Center Surabaya sekaligus Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan Internasional dan Promosi Luar Negeri Kadin Jatim mengungkapkan, ECS memiliki berbagai target yang cukup besar, salah satunya adalah nilai transaksi UMKM baru ekspor mencapai US$ 64 juta pertahun.
“Target ini tidak kecil karena waktunya tinggal 10 bulan. Selain itu juga ada target lain yaitu jumlah layanan konsultasi dan pendampingan mencapai 750 layanan, pengingkatan nilai COO atau Certificate of Origin naik 5 persen serta target tambahan memunculkan UMKM baru ekspor sebanya 250 UMKM. Makanya harus gerak cepat untuk menyosialisasikannya,” ujar Tommy Kaihatu, Surabaya, Selasa (23/3/2021) dalam keterangan tertulis.
Dalam tahap sosialisasi ini, selain memberikan layanan konsultasi dan pendampingan, juga bertugas untuk memberikan buyer inquiry atau informasi tentang pembeli yang ada di dunia dengan harapan bisa disinergikan dengan UMKM.
“PR kita banyak, menjahit luar dan dalam untuk mengoptimalkan potensi UMKM ini agar bisa melakukan kegiatan ekspor. Kita harus menyiapkan UMKM kita, mengurai persoalan mereka, dari kualitas produk, pembiayaan, legalitas dan perijnan hingga persoalan SDM-nya,” terangnya.
Untuk itu, Kadin Jatim juga akan melakukan pemetaan yang nantinya dilanjutkan dengan melakukan pembinaan dan pelatihan. Pemetaan ini diperlukan agar UMKM yang mendapatkan pendampingan tidak hanya UMKM yang sama dengan UMKM yang telah mendapakan pendampingan dari sejumlah BUMN dan lembaga lain. “Agar tidak tabrakan dengan pembinaan di lembaga lain, maka data akan kita integrasikan. Ini juga untuk mempermudah dan mempercepat langkah,” tandas Tommy.
Dalam hal peningkatan produk, keberadaan ECS akan disinergikan dengan program “Rumah Kurasi” Kadin Jatim yang diinisiasi oleh Kadin kota Kediri dan Bank Indonesia wilayah Kediri. Saat ini, program Rumah Kurasi juga sudah mulai jalan dengan melakukan sertifikasi instrutur pemeriksaan produk UMKM. Harapannya nanti, jika dalam setiap daerah ada 10 kurator produk UMKM, maka peningkatan kualitas produk bisa dicapai dengan cepat.
“Dan ini juga akan menjadi solusi keterbatasan volume produksi UMKM. Kalau kualitas produk bisa diseragamkan, maka untuk memenuhi permintaan dengan jumlah yang besar dari luar negeri bisa dengan mudah terpenuhi dari banyak UMKM,” ujarnya.