Minggu, 24 November 2024

Fokus Hilirisasi, Presiden Larang Ekspor CPO

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Ilustrasi. Pekerja mengangkut hasil panen kelapa sawit di perkebunan kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara XIV, Bayondo, Kecamatan Tomoni, Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Foto: Antara

Kementerian Perindustrian saat ini berfokus untuk meningkatkan program hilirisasi berbasis sumber daya alam, termasuk di sektor agro. Hal ini dilakukan agar memacu nilai tambah ekonomi bahan baku lokal tersebut.

Salah satu sektor yang dikembangkan adalah industri pengolahan minyak kelapa sawit. Joko Widodo Presiden RI mengatakan Indonesia harus memiliki keberanian untuk menghentikan ekspor bahan mentah.

Termasuk minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO), meskipun berpotensi mendapat gugatan hingga ke Organisasi Perdagangan Internasional (WTO).

“Indonesia harus bersiap menghadapi segala hambatan dalam proses hilirisasi sumber daya alam,” tegas Jokowi yang dikutip dari Antara pada Rabu (20/10/2021).

Beberapa waktu lalu, Jokowi menegaskan bahwa Indonesia harus bisa menghentikan ekspor minya sawit mentah (CPO) agar komoditas itu diolah menjadi produk turunan yang bisa bernilai tinggi.

“Di suatu titik nanti, stop yang namanya ekspor CPO. Harus jadi kosmetik, harus jadi mentega, harus jadi biodiesel, dan turunan lainnya,” kata Presiden.

Jokowi melalui kebijakan hilirisasi menargetkan Indonesia bisa menjadi pusat produsen produk turunan minyak sawit di dunia pada tahun 2045.

Jika berhasil, Indonesia bisa menjadi penentu harga CPO global. Pasalnya sebesar 55 persen pasar ekspor CPO di kancah global telah dikuasai Indonesia.

Pada kesempatan berbeda, Agus Gumiwang Kartasasmita Menteri Perindustrian mengungkapkan bahwa upaya pendalaman struktur industri manufaktur di Indonesia, juga perlu didorong melalui kebijakan hilirisasi berbasis sektor primer.

“Selama ini, hilirisasi berdampak pada peningkayan nilai tambah perekonomian nasional. Seperti peningkatan invesatsi, penyerapan tenaga kerja, dan pertumbuhan industri manufaktur,” jelasnya.

Agus mengeklaim ketersediaan Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah, turut membuka peluang Indonesia sebagai negara eksportir dari berbagi produk berbasis agro, mineral, migas, dan batubara.

“Selama kurun waktu 10 tahun, ekspor produk turunan kelapa sawit meningkatkan signifikan, dari 20 persen pada 2010 menjadi 80 persen pada 2020, hal ini sesuai target peta jalan pengembangan industri hilir kelapa sawit yang diatur melalui Peraturan Menteri Perindustrian No.13 Tahun 2010,” kata Agus.

Saat ini terdapat 168 jenis produk hilir CPO yang telah mampu diproduksi oleh industri di dalam negeri untuk keperluan pangan, fitofarmaka/nutrisi, bahkan kimia/oleokimia, hingga bahan bakar terbarukan/ biodiesel FAME. Sementara pada tahun 2011, hanya ada 54 jenis produk hilir CPO.(ant/wld/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Minggu, 24 November 2024
28o
Kurs