Ternyata tidak semua Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) bertransformasi digital dan memanfaatkan pemasaran online menjadi jalan ke kastemer. “Presentasi masih kecil 13 persen, sisanya pure offline dan jualan via WhatsApp,” papar Sawitri Hertoto, Country Marketing Manager, Jobstreet Indonesia di webinar, “Memahami Peran Penting dan Tantangan UMKM di Indonesia” Rabu (17/11/2021).
Sawitri menjelaskan UMKM harus beralih ke digital, apalagi saat pandemi sekarang ini karena masyarakat tidak bisa mengakses secara offline karena pembatasan.
Sementara itu Andi Djoewarsa Chief Marketing Officer Ninja Xpress menambahkan, agar UMKM Indonesia bisa maju, ada empat hal yang menjadi tantangan UMKM di era digital.
Pertama, Akses Permodalan. Kata Andi, jadi pengusaha modal berani saja tidak cukup, tapi juga perlu modal uang, karena mereka ketika sudah terjun mereka banyak menemukan tantangan.
“Jadi mereka selain butuh modal untuk memulai mereka juga butuh modal untuk kegagalan,”jelasnya.
Andi menegaskan bukan berarti gagal itu gulung tikar, tapi mereka belajar banyak mengenai apa yang sudah yang dilakukan, perlu improvisasi, perlu perubahan dan itu perlu modal lagi.
“Kalau kita lihat sekarang pemerintah sudah memberikan bantuan permodalan itu, melalui kredit usaha rakyat atau bank-bank BUMN yang juga layanan e-commerce yang memberikan kemudahan-kemudahan agar bisa mendapatkan akses permodalan,” katanya.
Kedua, Masalah Sales dan Online Marketing. Andi menegaskan sudah waktunya UMKM naik kelas.
“Punya akun Instagram itu tidak cukup, punya foto bagus saja tidak cukup. Harus ada kreativitas. Bagaimana membuat copywriting yang baik, membuat cerita yang baik dan harus tahu logika, dan algoritma,”jelasnya.
Andi memberi contoh misalnya beriklan di facebook atau instagram. “Kalau dilihat dari sisi UMKM sendiri untuk memberi pengertian ini tidak susah, tapi tapi saat terjun ke lapangan tentu tidak sama seperti teori.”
Untuk itu, perlu adanya latihan-latihan begitu mereka masuk di dunia digital banyak yang bermain.
“Persaingan digital tidak sama dengan pasar tradisional atau offline market. Kalau orang enggak cocok harganya mereka jalan ke toko sebelah untuk melihat barang yang sama, kalau digital harga enggak cocok kita klik cari barang lain,” tuturnya.
Ketiga, Distribusi dan Logistik.
“Negara ini negara kepulauan, jadi logistik itu mahal jadi bayangkan kalau misalnya ada ongkos produksi material dan lain-lain logistik sendiri memakan 25 persen. Ini merupakan beban buat UMKM,” urainya. Mengatasi hal ini, kata Andi perusahaan logistik bisa berinovasi memberikan layanan lebih baik dengan harga lebih baik.
Keempat, Masalah Pengembangan SDM. Kata Andi, pengembangan SDM ini susah-susah gampang karena pekerjaan mengurus orang tergolong ribet. “Mengurus emosi orang itu sangat sulit, tiga pegawai, berarti ada tiga emosi yang harus dimainkan,”paparnya.
Pengembangan SDM ini sebenarnya sangat penting tapi belum sempat dilihat oleh pelaku UMKM. “Mereka sibuk mengembangkan usaha dan bisnis, lupa bagaimana memberdayakan SDM yang memanusiakan manusia, yang memberikan mereka rasa memiliki tentang perusahaan.
“Padahal, pada dasarnya sesuatu yang mereka miliki, rasa yang mereka miliki, membantu untuk mengembangkan perusahaan,” tegas Andi. (man/tin)