Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Desember 2020 mencapai 0,45 persen dan sepanjang tahun 2020 inflasi mencapai 1,68 persen.
“Untuk tahun 2020 (inflasi) sebesar 1,68 persen. Ini kalau kita bandingkan sampai 2014, ini menunjukkan inflasi yang terendah,” kata Setianto Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS dalam jumpa pers virtual di Jakarta, Senin (4/1/2021).
Tingkat inflasi secara tahunan ini jauh lebih rendah dari sasaran pemerintah mencapai 3 persen plus minus 1 persen.
Jika dibandingkan tahun 2014, seperti yang dilansir Antara, inflasi saat itu mencapai 8,36 persen, kemudian menurun menjadi 3,35 persen pada 2015, kemudian pada 2016 sebesar 3,02 persen, dan 2017 sebesar 3,61 persen.
Selanjutnya pada 2018 tingkat inflasi mencapai 3,13 persen dan 2019 inflasi tercatat sebesar 2,72 persen.
Secara bulanan, inflasi mulai terjadi peningkatan sejak Oktober 2020 yang mencapai 0,07 persen kemudian merangkak pada November mencapai 0,28 persen dan Desember 2020 sebesar 0,45 persen.
Setianto menjelaskan inflasi pada Desember 2020 banyak dipengaruhi oleh naiknya harga komoditas di antaranya cabai merah, telur ayam ras, cabai rawit dan tarif angkutan udara.
Capaian inflasi itu didapat dari 90 kota Indeks Harga Konsumen (IHK) yang 87 kota di antaranya mengalami inflasi dan tiga kota mengalami deflasi.
Adapun inflasi tertinggi terjadi di Gunung Sitoli mencapai 1,87 persen dan inflasi terendah di Tanjung Selor sebesar 0,05 persen.
Kemudian, deflasi tertinggi sebesar minus 0,26 persen dialami Luwuk dan deflasi terendah di Ambon sebesar minus 0,07 persen.
Sementara itu, komoditas menurut kelompok pengeluaran yang memberi andil terbesar inflasi Desember 2020 yakni makanan minuman dan tembakau sebesar 0,38 persen.
Kemudian, disusul transportasi dengan andil mencapai 0,06 persen dan penyediaan makanan minuman dan restoran sebesar 0,02 persen.(ant/tin)