Jumat, 22 November 2024

Begini Cara UMKM Naik Kelas dan Produknya Siap Bersaing

Laporan oleh Manda Roosa
Bagikan
Nathan Santoso (kiri berkacamata) saat berinteraksi dengan pelaku usaha mikro, Jumat (19/11/2021). Foto: Manda Roosa suarasurabaya.net

Kekuatan fundamental pelaku usaha mikro memang terletak kepada kemandirian usaha. Hal ini terbukti di saat krisis maupun pandemi, gelombang pelaku baru usaha mikro justru melonjak.

Fenomena ini adalah jawaban saat lapangan kerja tak mampu menampung mereka di masa sulit. Mereka eksis dihantam krisis, meski banyak juga di antaranya yang tak sanggup bertahan.

Lantas apa sebenarnya problem dasar UMKM dan apa saja langkah strategis yang harus ditempuh agar mereka berdaya, naik kelas dan produknya tidak kalah bersaing.

Nathan Santoso, founder sekaligus CEO Radjoetasa, sebuah bisnis sosial yang fokus terhadap pemberdayaan UMKM mengatakan, UMKM pada dasarnya mengalami kesulitan menjalani transisi dari ekonomi informal ke formal.

“Umumnya pelaku UMKM menjalankan usaha apa adanya. Misalnya, pemasukan dan pengeluaran masih campur aduk dalam rekening tunggal atau pribadi, kesulitan pertama adalah arus transaksi yang tercatat dengan akurat dan rapi,” kata Nathan kepada suarasurabaya.net, Jumat (19/11/2021).

Masalah transaksi tersebut sebenarnya adalah bagian dari masalah yang lebih kompleks yaitu sistem kerja atau usaha.

“Kebanyakan usaha mikro tidak menyiapkan sistem kerja di awal. Akibatnya lebih banyak fokus ke satu sisi saja yaitu produksi. Sementara sisi lain seperti pemasaran, keuangan, marketing, branding dan administrasi tidak tersentuh dengan baik,” ujarnya.

Nathan menambahkan, karena tidak ada sistem kerja yang bagus, maka tidak ada standar produksi yang bisa dijaga. Sehingga masalah kualitas dan keberlanjutan usaha masih berada di tempat rawan. Ujungnya, usaha mikro kesulitan untuk dibesarkan dan berpotensi kolaps.

Menurutnya, usaha apapun, baik tingkat mikro atau menengah perlu disiapkan sebuah bisnis yang lebih dari sekadar transaksi, namun juga bisa ditumbuhkan. “Bisnis modelnya harus tahan uji. Bisa survive dalam berbagai kondisi,” tegas penggemar fotografi ini.

Setelah masalah sistem dan standarisasi terpenuhi, maka rencana ekspansi juga harus disiapkan di awal. Bukan menunggu bisnis tumbuh dahulu sebab bisnis memerlukan pondasi, maka sistem dan standarisasi adalah syarat untuk sebuah usaha bisa diekspansi.

“Kita tidak akan pernah tahu kapan bisnis bakal mengalami pertumbuhan cepat. Maka hal-hal mendasar seperti perizinan usaha, merek dagang harus disiapkan lebih awal. Jika tidak disiapkan di awal dengan baik, kita bakal kewalahan saat tiba-tiba bisnis mendadak booming,” kata Nathan.

Nathan yang membentuk pemberdayaan UMKM di Jawa Timur sejak tahun 2019 mengungkapkan, pelaku usaha mikro dan menengah sebenarnya tidak cukup mendapat gelotoran dana dan pelatihan sifatnya sporadis. Pemetaan masalah, membangun cara berpikir maju, pendampingan berkesinambungan dan wadah akselerasi usaha adalah elemen pendukung yang harus dijalankan.

Ia juga menyampaikan, saat ini tengah  membangun ekosistem pengusaha mikro dan menengah yang terkurasi untuk membantu pemberdayaan UMKM, melalui aplikasi Aryanna. Harapannya, Aryanna dengan kekuatan teknologi Augmented Reality akan melengkapi kekuatan saluran pemasaran.

“Ke depan, proyeksi kami adalah menjalin dan membangun jejaring pengusaha kecil yang kami sebut sebagai Satria Asa, yaitu kumpulan orang-orang yang mau maju sekaligus berani gagal,” pungkas Nathan.(man/dfn/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs