Jumat, 22 November 2024

Arcandra Tahar: Gas Bumi Memiliki Peran Strategis dalam Proses Transisi ke Renewable Energy

Laporan oleh Iping Supingah
Bagikan
Arcandra Tahar, Komisaris Utama Perusahaan Gas Negara (PGN) dalam diskusi energi bersama Arcandra Tahar bertema “Prospek Gas Bumi di Tengah Tren Renewable Energy". Foto: tangkapan layar facebook

Gas bumi akan tetap menjadi energi strategis di tengah berkembangnya energi baru terbarukan seperti panas bumi, angin dan matahari. Gas bumi juga akan memiliki peran sentral dalam proses transisi energi dari energi fosil menuju energi baru yang dinilai lebih ramah lingkungan. Hal tersebut disampaikan Arcandra Tahar, Komisaris Utama Perusahaan Gas Negara (PGN) dalam diskusi energi bersama Arcandra Tahar bertema “Prospek Gas Bumi di Tengah Tren Renewable Energy“.

Wakil Menteri ESDM tahun 2016-2019 ini mencontohkan peran gas bumi di tengah upaya pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap. Mengingat biaya yang cukup mahal jika berdiri sendiri, dalam operasionalisasinya PLTS atap masih akan membutuhkan bantuan baterai atau sumber energi lain. Fungsi gas atau baterai disini adalah sebagai energi primer yang akan menyokong penerapan PLTS atap ketiga energi dari matahari drop.

Dengan harga gas yang lebih kompetitif, lanjut Arcandra, kombinasi gas bumi dan PLTS akan lebih efisien daripada penggunaan baterai.

“Secara komersial mestinya penggunaan gas bumi dalam pengembangan PLTS akan lebih kompetitif daripada penggunaan baterai. PGN dapat membangun sinergi dengan PLN untuk menjalankan strategi ini,” jelas Arcandra.

Dalam kesempatan yang sama, Arcandra mengatakan bahwa pasar gas bumi masih sangat lebar. Seperti halnya yang kini sudah dan sedang dilakukan oleh PGN dengan mensuplai kebutuhan gas bagi industri kilang minyak (refinery) yang dikelola oleh Pertamina.  Sejumlah kilang minyak yang  mendapat suplai gas dari PGN adalah kilang minyak Cilacap, Balongan dan kilang lainnya.

Untuk mendukung pemenuhan gas bagi industri kilang tersebut, PGN tengah membangun sejumlah infrastruktur menuju lokasi kilang. Langkah ini dilakukan melalui pembangunan infrastruktur seperti storage dan regasifikasi melalui fasilitas seperti Floating Storage Regatification Unit (FSRU).

“PGN akan terus mengoptimalkan pasar-pasar eksisting melalui kolaborasi dengan Pertamina sebagai holding migas. Termasuk juga masuk ke industri petrokimia, dimana gas bumi dibutuhkan untuk memproduksi metanol dan amonia yang pasarnya terus meningkat,” ujarnya.

Arcandra menambahkan, kebijakan sejumlah negara untuk beralih ke energi baru terbarukan harus dicermati dengan baik. Terutama berkaitan dengan upaya pemenuhan zero carbon di tahun 2050 oleh sejumlah negara maju seperti Amerika Serikat dan negara-negara Uni Eropa. AS  bersama Uni Eropa, Jepang dan Korea sudah memiliki komitmen untuk mencapai zero emisi pada tahun 2050, sekitar 29 tahun lagi. Sebagai usaha mewujudkan komitmen itu, Uni Eropa dan beberapa negara tersebut sudah mulai fokus pada pengembangan renewable energy.

Karena itu penting diperhatikan adalah mempersiapkan masa transisi menuju renewable energy. Periode 29-30 tahun ke depan adalah kunci. “Jika perusahaan migas mengurangi eksplorasi dan produksi migasnya, tentu ini akan menjadi tantangan baru. Karena menggantikan energi fosil dengan renewable energy tidaklah semudah yang dibayangkan,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima suarasurabaya.net, Senin (13/9/2021).

Proyeksi OPEC, sampai tahun 2040 kebutuhan minyak dunia akan bertambah sekitar 20 juta barel per day dari kebutuhan tahun 2020 yang sebanyak 90 juta barel per day. Sementara kehadiran Electric Vihicle (EV) diproyeksikan hanya akan mengkonversi  penggunaan BBM sekitar 6 juta barel per hari di seluruh dunia pada 2040.

“Sebagai energi bersih yang ramah lingkungan, harga kompetitif dan sumbernya masih sangat besar, gas bumi seharusnya menjadi bagian penting dalam proses transisi energi di Indonesia. Proses itu tentunya tidak mudah. PGN sebagai perusahaan yang sudah bertahun-tahun mengambil peran paling depan dalam pengembangan infrastruktur dan pemanfaatan gas bumi harus mampu mengoptimalkan peluang itu,” kata Arcandra.(ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
29o
Kurs